Friday, August 1, 2008

Tarif Internet Turun 75 Persen

Tarif Internet Turun 75 Persen
Pengamat teknologi dan intormasi (IT) Onno W Purbo memerkirakan tarif internet ritel bisa turun hingga hingga 75 persen menyusul penurunan tarif bandwith (pitalebar) di tingkat internasional.

“Penurunan tarif internet akan sejalan dengan penurunan tarif bandwith internasional. Selain itu trafik internet akan lebih banyak ke lokal,” kata Onno, usai mengikuti peluncuran BTS Energi Alternatif dan Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC) 2008, di Jakarta, Kamis (29/5).

Onno menginformasikan, harga bandwith internasional saat ini mencapai 500 dolar AS/Mbps, turun dari sebelumnya sekitar 700 dolar AS/Mbps.

Menurut Onno yang juga penggiat “VoIP Rakyat”, saat ini sebanyak 30 persen trafik internet dilakukan melalui Voice over Internet Protocol (VoIP) untuk perusahaan korporasi, 30 persen trafik (pier to pier) yang umumnya untuk keperluan unggah (upload), serta sekitar lima persen untuk keperluan unggah piranti terbuka (open source).

Namun pernyataan Onno tersebut dibantah Ketua Assosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Silvya Surmalin, yang mengatakan bahwa harga beli bandwith internasional menggunakan fiber optic berkisar 1.800 dolar AS/Mbps, sedangkan bandwith menggunakan satelit pada kisaran 1.500 dolar AS per Mbps.

“Tarif bandwith internasional memang turun sejak awal tahun 2008, namun masih bekisar 1.500 dolar AS-1.800 dolar AS per Mbps,” kata Silvya.

Di tempat terpisah Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar membenarkan bahwa tarif internet akan segera turun, menyusul telah dikeluarkannya tarif sewa jaringan (lease line) internet domestik.

Meski tarif internet bakal turun, namun sejumlah perusahaan penyedia jasa internet (Internet Service Provider/ISP) masih mengeluhkan sewa jaringan bandwith internasional masih mahal.

Menurut Basuki, pekan lalu telah ditandatangani izin operasi tiga perusahaan penyedia jaringan internet yang menghubungkan jaringan internet ke internasional, antara lain PT Indigo yang akan menghubungkan jalur internet Jakarta ke Australia, selain PT Nortel dan PT Nafsindo.

“Saya juga sudah bertemu dengan PT NTT Indonesia anak perusahaan NTT Docomo Jepang yang berkomitmen untuk membangun saluran komunikasi kabel laut (SKKL) dari Jakarta-Singapura-Hongkong dan Jepang. Jalur ini menjauhi wilayah Taiwan yang rawan daerah gempa,” katanya.

Dengan demikian diutarakan Basuki, akan terjadi kompetisi penyedia jaringan internet sehingga harga bisa turun.

Menurut data APJII, pengguna internet di Indonesia pada akhir tahun 2008 ditargetkan sekitar 40 juta orang, meningkat dari tahun 2007 sebanyak 25 juta orang.

Saat bersamaan jumlah ISP mencapai 274 perusahaan, 4.000 unit warung internet, 6 titik internet exchange (IIX) dengan trafik internasional keseluruhan layanan mencapai 15Gbps, dan trafik internet exchange sebesar 80Gbps.

Sedangkan data bersumber dari Synovate 2008, dari sisi jenis koneksi internet di Indonesia sebanyak 72 persen atau 924.421 pelanggan mengakses lewat saluran Dial-up, 16 persen atau 202.105 pelanggan melalui XDSL, 6 persen atau 76.889 pelangggan internet nirkabel, tiga persen atau 37.242 pelanggan lewat kabel.
Sekarang sudah Tgl 1 Agustus 2008
tarif internet belum turun juga tuh.
Kalau turun mah susah, wacana lagi wacana lagi wacana melulu.
coba naik, pasti cepet tuh...

2 comments:

Eko Eshape said...

hua..ha..ha...ha...
betul tuh wacana melulu ....

meskipun fastnet (?) lebih murah dari speedy, tapi speedy tetep jalan terus dengan tarif lama tuh....

Anonymous said...

speedy ada program unlimited dari jam 20:00 ampe 8:00
bagi pengguna personal dan limitnya naik menjadi 3000Mb