Donald Pieter Luther Kolopita, ketua juri karate Indonesia dipukuli oleh empat polisi Nilai, Negeri Sembilan, Malaysia.
Kuasa Usaha Ad-Interim KBRI Kuala Lumpur AM Fachir mengatakan, Kepala Polisi Malaysia Jend Musa Hassan telah berjanji akan memprioritaskan kasus pemukulan tersebut.
"Tan Sri Musa Hassan tadi pagi sudah menelpon saya langsung setelah saya sms beliau Jumat (24/8) sore. Beliau berjanji akan memeriksa kejadian itu dan meminta korban untuk membuat laporan polisi. Beliau berjanji akan berikan prioritas," kata AM Fachir di Kuala Lumpur, Sabtu.
Kepala rombongan tim karate Indonesia Luhut Pandjaitan ketika dikonfirmasi sangat menyesalkan kejadikan pemukulan terhadap Donald.
"Ini sangat keterlaluan. Entah mau pakai kata apalagi untuk ungkapkannya. Donald adalah ketua wasit (juri) karate dan delegasi resmi kejuaraan karate internasional di Seremban, Negeri Sembilan," katanya.
AM Fachir menambahkan, pada Sabtu, Donald didampingi staf konsuler Indonesia akan membuat laporan polisi sedangkan Luhut akan membuat aduan kepada panitia dan organisasi karate Malaysia.
"Yang kami sesalkan ketika sudah diborgol, di dalam mobil tahanan korban masih saja digebuki oleh polisi Malaysia. Itu yang membuat lukanya makin parah," katanya.
Berdasarkan laporan Slamet Nugroho, staf Satgas Perlindungan dan Pelayanan KBRI Kuala Lumpur, Jumat, yang sudah mendatangi kantor polisi Nilai, Seremban dan menemui Donald di rumah sakit Nilai, ada dua versi cerita pemukulan. Satu dari Donald sendiri dan satu lagi versi polisi.
Versi Donald, korban mengadakan rapat persiapan dengan wasit karate Indonesia di sebuah hotel di Nilai, Negeri Sembilan, Kamis (23/8) malam hingga Jumat pukul 02.00 dini hari. Karena sulit mendapatkan taksi, ia terpaksa berjalan kaki pulang ke hotelnya.
Belum jauh berjalan, ada sedan putih berhenti dan penumpangnya diduga polisi reserse tiba-tiba ingin menangkapnya. Bukan saja berusaha menangkap tapi langsung memukuli Donald di lokasi.
"Pak Donald sudah teriak-teriak minta tolong pada masyarakat yang ada di sekitar itu tapi tidak ada yang mau menolong karena mungkin mereka tahu itu polisi reserse," kata Slamet.
Setelah itu, Donald digiring ke kantor polisi Nilai, Negeri Sembilan dan luka-lukanya didiamkan saja hingga siang. Donald kemudian menelepon kawan-kawannya kemudian dibawanya ke rumah sakit.
Sedangkan versi kepala polisi Nilai, menurut Slamet, "Kepala Polisi Nilai mengatakan polisi sudah menyatakan dirinya bahwa mereka polisi tapi Donald terus lari. Kemudian dikejar dan ditangkap tapi melawan," katanya.
Tapi menurut Donald, ia tidak melarikan diri dan tidak melawan, hanya ketika dipukuli sempat menangkis secara reflek dan menendang lawannya.
Menurut Luhut, akibat pemukulan itu, Donald tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai wasit.
Kuasa Usaha Ad-Interim KBRI Kuala Lumpur AM Fachir mengatakan, Kepala Polisi Malaysia Jend Musa Hassan telah berjanji akan memprioritaskan kasus pemukulan tersebut.
"Tan Sri Musa Hassan tadi pagi sudah menelpon saya langsung setelah saya sms beliau Jumat (24/8) sore. Beliau berjanji akan memeriksa kejadian itu dan meminta korban untuk membuat laporan polisi. Beliau berjanji akan berikan prioritas," kata AM Fachir di Kuala Lumpur, Sabtu.
Kepala rombongan tim karate Indonesia Luhut Pandjaitan ketika dikonfirmasi sangat menyesalkan kejadikan pemukulan terhadap Donald.
"Ini sangat keterlaluan. Entah mau pakai kata apalagi untuk ungkapkannya. Donald adalah ketua wasit (juri) karate dan delegasi resmi kejuaraan karate internasional di Seremban, Negeri Sembilan," katanya.
AM Fachir menambahkan, pada Sabtu, Donald didampingi staf konsuler Indonesia akan membuat laporan polisi sedangkan Luhut akan membuat aduan kepada panitia dan organisasi karate Malaysia.
"Yang kami sesalkan ketika sudah diborgol, di dalam mobil tahanan korban masih saja digebuki oleh polisi Malaysia. Itu yang membuat lukanya makin parah," katanya.
Berdasarkan laporan Slamet Nugroho, staf Satgas Perlindungan dan Pelayanan KBRI Kuala Lumpur, Jumat, yang sudah mendatangi kantor polisi Nilai, Seremban dan menemui Donald di rumah sakit Nilai, ada dua versi cerita pemukulan. Satu dari Donald sendiri dan satu lagi versi polisi.
Versi Donald, korban mengadakan rapat persiapan dengan wasit karate Indonesia di sebuah hotel di Nilai, Negeri Sembilan, Kamis (23/8) malam hingga Jumat pukul 02.00 dini hari. Karena sulit mendapatkan taksi, ia terpaksa berjalan kaki pulang ke hotelnya.
Belum jauh berjalan, ada sedan putih berhenti dan penumpangnya diduga polisi reserse tiba-tiba ingin menangkapnya. Bukan saja berusaha menangkap tapi langsung memukuli Donald di lokasi.
"Pak Donald sudah teriak-teriak minta tolong pada masyarakat yang ada di sekitar itu tapi tidak ada yang mau menolong karena mungkin mereka tahu itu polisi reserse," kata Slamet.
Setelah itu, Donald digiring ke kantor polisi Nilai, Negeri Sembilan dan luka-lukanya didiamkan saja hingga siang. Donald kemudian menelepon kawan-kawannya kemudian dibawanya ke rumah sakit.
Sedangkan versi kepala polisi Nilai, menurut Slamet, "Kepala Polisi Nilai mengatakan polisi sudah menyatakan dirinya bahwa mereka polisi tapi Donald terus lari. Kemudian dikejar dan ditangkap tapi melawan," katanya.
Tapi menurut Donald, ia tidak melarikan diri dan tidak melawan, hanya ketika dipukuli sempat menangkis secara reflek dan menendang lawannya.
Menurut Luhut, akibat pemukulan itu, Donald tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai wasit.
Liputan6.com, Kuala Lumpur: Tugas mulia Donald Luther Colopita untuk menjadi wasit dalam kejuaraan karate se-Asia di Malaysia, kandas sudah. Jumat (24/8) malam, Ketua Delegasi Wasit Indonesia itu dianiayia oleh empat polisi Malaysia berpakaian preman.
Kejadian itu bermula ketika Donald keluar hotel untuk mencari makan seusai rapat. Belum jauh berjalan, tiba-tiba sebuah van putih berhenti. Empat penumpangnya yang diduga polisi reserse lantas ingin menangkap Donald. Namun bukan saja ditangkap, ia juga dipukuli di lokasi hingga babak belur. Kini, Donald masih dirawat di Rumah Sakit Tuanku Ja'far, Seremban, Malaysia.
Ketua Federasi Karateka Malaysia sempat meminta maaf atas kejadian tersebut. Tetapi mereka mengatakan, polisi baru bisa bertindak setelah ada laporan dari pihak korban.(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)
Kejadian itu bermula ketika Donald keluar hotel untuk mencari makan seusai rapat. Belum jauh berjalan, tiba-tiba sebuah van putih berhenti. Empat penumpangnya yang diduga polisi reserse lantas ingin menangkap Donald. Namun bukan saja ditangkap, ia juga dipukuli di lokasi hingga babak belur. Kini, Donald masih dirawat di Rumah Sakit Tuanku Ja'far, Seremban, Malaysia.
Ketua Federasi Karateka Malaysia sempat meminta maaf atas kejadian tersebut. Tetapi mereka mengatakan, polisi baru bisa bertindak setelah ada laporan dari pihak korban.(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)
Ketua Kontingan Karateka Indonesia Luhut Panjaitan (tengah) membesuk Ketua Wasit Karate Indonesia Donald Peter Luther Kolopita di RS Tunku Jafaar, Negeri Sembilan, Malaysia.
Minggu, 26/08/2007
JAKARTA (SINDO) – Indonesia akan mempermasalahkan penganiayaan oknum polisi Malaysia terhadap wasit karate Indonesia Donald Luther Kolopita. Donald bersama rombongan tim karate Indonesia tengah mengikuti Kejuaraan Karate Asia (AKF) yang digelar di Kota Nilai, Negeri Sembilan, Malaysia, 24-26 Agustus.
Namun, sebelum kejuaraan itu berakhir hari ini,tim Indonesia telah memutuskan menarik diri dari event Asia itu. Alasannya, mereka merasa dilecehkan dengan tindakan oknum polisi Raja Diraja Malaysia terhadap wasit terbaik yang juga Ketua Dewan Wasit Indonesia.
Insiden tersebut bermula saat Donald pulang dari acara pertemuan wasit Indonesia menuju hotel tempatnya menginap, Alson Kelana di Nilai, Jumat (24/8) dini hari. Dia tak menggunakan kendaraan karena jarak tempat pertemuan itu dengan hotel hanya sekitar 600 m.Apalagi, kondisi saat itu sudah larut sehingga tak ada lagi taksi yang lewat.
Tapi, di tengah perjalanan, empat orang oknum polisi yang menggunakan mobil menghampirinya. Ironisnya, tanpa basa-basi, mereka langsung memukuli sang wasit sampai babak belur. Donald memang sempat membela diri. Namun, situasinya sangat tidak seimbang. Dia kemudian ditangkap dan diborgol saat dibawa ke kantor polisi.Tapi, sepanjang perjalanan dia terus digebuki.
”Pak Donald sudah teriak-teriak minta tolong pada masyarakat yang ada di sekitar situ, tapi tidak ada yang menolong.Dia mengira dia dirampok,” tutur Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia Slamet Nugroho.
Menurut Slamet, Donald juga sudah memperkenalkan dirinya sebagai Ketua Dewan Wasit Indonesia di Kejuaraan Karate Asia. Bahkan, dia sempat memperlihatkan paspor miliknya.Tapi,keempat oknum polisi tersebut bergeming dan malah semakin bersemangat menghajar Donald. ”Kami protes keras dengan tindakan sewenang-wenang ini. Karena itu, kami akan menuntut keempat polisi itu sesuai hukum.Bahkan,kami sudah melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian di sana,” ujar Ketua Umum PB Forki Luhut Binsar Panjaitan saat dihubungi SINDO lewat telepon internasional,kemarin.
Menurut Luhut, penganiayaan ini sudah di luar batas kemanusiaan. Bahkan, dia menyebut oknum polisi Malaysia itu memperlakukan orang-orang Indonesia seperti binatang yang bisa disiksa seenaknya.
”Kami kecewa dengan kejadian tersebut dan ini sangat memalukan. Seharusnya, selaku tuan rumah, Malaysia memberikan jaminan keamanan kepada setiap delegasi peserta kejuaraan itu. Kami datang ke sini (Negeri Sembilan) sebagai tamu, sekaligus undangan. Jadi, sudah sepatutnya mereka memperlakukan kami dengan baik,” tandas Menperindag RI era Presiden Abdurrahman Wahid itu.
”Nyatanya, salah satu anggota rombongan kami dianiaya. Saya sudah bertemu pihak kepolisian (polda) setempat dan meminta kasus ini diusut sampai tuntas. Sebab, ini sudah menyangkut nama baik bangsa. Mereka sudah menginjak- injak harga diri bangsa Indonesia. Kita pun punya kehormatan,” tandas mantan Duta Besar Singapura itu. Luhut wajar marah besar atas kejadian itu.
Sebab, kondisi Donald yang kini dirawat di rumah sakit setempat memang sangat memprihatinkan. Selain mukanya lebam dihajar bogem mentah sang oknum polisi, bagian kemaluannya juga bengkak. ”Ini tindakan yang tidak manusiawi. Bahkan, para karateka kami juga menangis melihat kondisi Donald yang memprihatinkan. Jadi, kasus ini tak boleh dibiarkan. Karena itu, saya akan menuntut mereka. Bahkan, bentuk protes yang telah saya lakukan adalah menarik tim karate Indonesia dari kejuaraan,” ujar Luhut yang mengaku Indonesia baru mendapat tiga perunggu dalam event yang diikuti 32 negara itu.
Donald kini masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit itu dengan pengawasan penuh KBRI. ’’Sekarang dia masih dirawat dan kondisinya membaik.Menurut dokter, tidak ada luka yang serius. Dia hanya butuh istirahat,”katanya. Menurut Slamet, dia sudah meminta konfirmasi ke kepolisian setempat yang menangkap Donald. Mereka mengatakan ada kecurigaan bahwa Donald pelaku kriminal. Oknum polisi tersebut mengaku sudah menyatakan dirinya bahwa mereka polisi, tapi Donald malah berlari.
’’Tapi, yang pasti, kejadian ini sangat keterlaluan. Kita bangsa yang punya martabat. Tetapi, kini diinjak-injak seenaknya,” kata Slamet. Sementara itu, Ketua Panitia Kejuaraan Karateka Asia Datuk Haji Mohamed Noerdin mengucapkan permohonan maafnya atas kejadian itu. Bahkan, dia menangis di depan seluruh kontingen Indonesia. Apakah Donald akan menempuh jalur hukum untuk menuntut oknum polisi tersebut? Slamet mengatakan belum pasti. Dia masih menunggu perkembangan selanjutnya.
’’Dia masih sakit.Tapi, kalau misalnya Pak Donald menuntut, itu bisa saja,” tutur Slamet. Sementara itu, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia Departemen Luar Negeri (Deplu) Teguh Wardoyo mengatakan pihaknya beserta pimpinan KBRI di Malaysia telah mengajukan nota protes kepada Kepala Polisi Negara Malaysia Jenderal Musa Hassan. Musa berjanji akan memprioritaskan dan mengusut tuntas kasus pemukulan Donald ini.
’’Hukum harus ditegakkan.Sepertinya oknum polisi yang melakukan kekerasan kepada Pak Donald telah diperiksa kepala polisi tersebut,” terang Teguh. Anggota Komisi I DPR-RI Djoko Susilo mengatakan pemerintah harus membela setiap warganya yang mengalami tindakan sewenang- wenang di negara lain. ’’Warga Indonesia harus diberi perlindungan di mana pun berada. Kita harus protes. Malaysia tidak boleh semena-mena seperti itu,” ucapnya. (m ridwan/CR-01)
Namun, sebelum kejuaraan itu berakhir hari ini,tim Indonesia telah memutuskan menarik diri dari event Asia itu. Alasannya, mereka merasa dilecehkan dengan tindakan oknum polisi Raja Diraja Malaysia terhadap wasit terbaik yang juga Ketua Dewan Wasit Indonesia.
Insiden tersebut bermula saat Donald pulang dari acara pertemuan wasit Indonesia menuju hotel tempatnya menginap, Alson Kelana di Nilai, Jumat (24/8) dini hari. Dia tak menggunakan kendaraan karena jarak tempat pertemuan itu dengan hotel hanya sekitar 600 m.Apalagi, kondisi saat itu sudah larut sehingga tak ada lagi taksi yang lewat.
Tapi, di tengah perjalanan, empat orang oknum polisi yang menggunakan mobil menghampirinya. Ironisnya, tanpa basa-basi, mereka langsung memukuli sang wasit sampai babak belur. Donald memang sempat membela diri. Namun, situasinya sangat tidak seimbang. Dia kemudian ditangkap dan diborgol saat dibawa ke kantor polisi.Tapi, sepanjang perjalanan dia terus digebuki.
”Pak Donald sudah teriak-teriak minta tolong pada masyarakat yang ada di sekitar situ, tapi tidak ada yang menolong.Dia mengira dia dirampok,” tutur Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia Slamet Nugroho.
Menurut Slamet, Donald juga sudah memperkenalkan dirinya sebagai Ketua Dewan Wasit Indonesia di Kejuaraan Karate Asia. Bahkan, dia sempat memperlihatkan paspor miliknya.Tapi,keempat oknum polisi tersebut bergeming dan malah semakin bersemangat menghajar Donald. ”Kami protes keras dengan tindakan sewenang-wenang ini. Karena itu, kami akan menuntut keempat polisi itu sesuai hukum.Bahkan,kami sudah melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian di sana,” ujar Ketua Umum PB Forki Luhut Binsar Panjaitan saat dihubungi SINDO lewat telepon internasional,kemarin.
Menurut Luhut, penganiayaan ini sudah di luar batas kemanusiaan. Bahkan, dia menyebut oknum polisi Malaysia itu memperlakukan orang-orang Indonesia seperti binatang yang bisa disiksa seenaknya.
”Kami kecewa dengan kejadian tersebut dan ini sangat memalukan. Seharusnya, selaku tuan rumah, Malaysia memberikan jaminan keamanan kepada setiap delegasi peserta kejuaraan itu. Kami datang ke sini (Negeri Sembilan) sebagai tamu, sekaligus undangan. Jadi, sudah sepatutnya mereka memperlakukan kami dengan baik,” tandas Menperindag RI era Presiden Abdurrahman Wahid itu.
”Nyatanya, salah satu anggota rombongan kami dianiaya. Saya sudah bertemu pihak kepolisian (polda) setempat dan meminta kasus ini diusut sampai tuntas. Sebab, ini sudah menyangkut nama baik bangsa. Mereka sudah menginjak- injak harga diri bangsa Indonesia. Kita pun punya kehormatan,” tandas mantan Duta Besar Singapura itu. Luhut wajar marah besar atas kejadian itu.
Sebab, kondisi Donald yang kini dirawat di rumah sakit setempat memang sangat memprihatinkan. Selain mukanya lebam dihajar bogem mentah sang oknum polisi, bagian kemaluannya juga bengkak. ”Ini tindakan yang tidak manusiawi. Bahkan, para karateka kami juga menangis melihat kondisi Donald yang memprihatinkan. Jadi, kasus ini tak boleh dibiarkan. Karena itu, saya akan menuntut mereka. Bahkan, bentuk protes yang telah saya lakukan adalah menarik tim karate Indonesia dari kejuaraan,” ujar Luhut yang mengaku Indonesia baru mendapat tiga perunggu dalam event yang diikuti 32 negara itu.
Donald kini masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit itu dengan pengawasan penuh KBRI. ’’Sekarang dia masih dirawat dan kondisinya membaik.Menurut dokter, tidak ada luka yang serius. Dia hanya butuh istirahat,”katanya. Menurut Slamet, dia sudah meminta konfirmasi ke kepolisian setempat yang menangkap Donald. Mereka mengatakan ada kecurigaan bahwa Donald pelaku kriminal. Oknum polisi tersebut mengaku sudah menyatakan dirinya bahwa mereka polisi, tapi Donald malah berlari.
’’Tapi, yang pasti, kejadian ini sangat keterlaluan. Kita bangsa yang punya martabat. Tetapi, kini diinjak-injak seenaknya,” kata Slamet. Sementara itu, Ketua Panitia Kejuaraan Karateka Asia Datuk Haji Mohamed Noerdin mengucapkan permohonan maafnya atas kejadian itu. Bahkan, dia menangis di depan seluruh kontingen Indonesia. Apakah Donald akan menempuh jalur hukum untuk menuntut oknum polisi tersebut? Slamet mengatakan belum pasti. Dia masih menunggu perkembangan selanjutnya.
’’Dia masih sakit.Tapi, kalau misalnya Pak Donald menuntut, itu bisa saja,” tutur Slamet. Sementara itu, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia Departemen Luar Negeri (Deplu) Teguh Wardoyo mengatakan pihaknya beserta pimpinan KBRI di Malaysia telah mengajukan nota protes kepada Kepala Polisi Negara Malaysia Jenderal Musa Hassan. Musa berjanji akan memprioritaskan dan mengusut tuntas kasus pemukulan Donald ini.
’’Hukum harus ditegakkan.Sepertinya oknum polisi yang melakukan kekerasan kepada Pak Donald telah diperiksa kepala polisi tersebut,” terang Teguh. Anggota Komisi I DPR-RI Djoko Susilo mengatakan pemerintah harus membela setiap warganya yang mengalami tindakan sewenang- wenang di negara lain. ’’Warga Indonesia harus diberi perlindungan di mana pun berada. Kita harus protes. Malaysia tidak boleh semena-mena seperti itu,” ucapnya. (m ridwan/CR-01)
No comments:
Post a Comment