Penurunan harga bahan bakar minyak masih sulit dilakukan tahun ini. Alasannya, selain harga minyak mentah dunia masih belum stabil, dana subsidi bahan bakar minyak di APBN 2008 pun telah teralokasikan seluruhnya sehingga sulit ditarik kembali.
Demikian disampaikan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, Jumat (31/10), di Istana Wakil Presiden. Ditegaskan, pemerintah baru bisa menurunkan harga BBM tahun 2009 apabila harga minyak mentah dunia rata-rata di bawah 80 dollar AS per barrel.
”Dana subsidi di APBN 2008 sudah terpakai seluruhnya sehingga sudah tidak ada lagi. Sementara harga minyak mentah dunia masih turun-naik. Kemarin 60 dollar AS, sekarang naik lagi 70 dollar AS per barrel. Kita lihat, apakah harga minyak mentah masih bisa turun atau naik lagi. Namun, tahun depan pasti kita akan turunkan jika rata-rata harga minyak di bawah 80 dollar AS,” ujar Wapres.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, kebijakan menurunkan harga BBM bersubsidi bukan hanya melihat kecukupan APBN untuk subsidi dan harga minyak dunia. Akan tetapi, juga untuk menjaga agar harga BBM bersubsidi tidak sama, atau tetap lebih rendah, dari BBM nonsubsidi.
Dicontohkan, saat ini harga BBM nonsubsidi, Pertamax Rp 7.950 per liter, sedangkan BBM subsidi jenis Premium Rp 6.000 per liter. Harga keekonomian Pertamax diperkirakan akan sama dengan Premium apabila harga jual rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) di bawah 70 dollar AS per barrel. Saat ini ICP di pasar spot per 29 Oktober masih 71,77 dollar AS per barrel.
”Pada waktu terjadi harga Pertamax turun sampai kena titik (Premium) itu, maka dilakukan langkah penurunan harga BBM bersubsidi,” kata Purnomo.
Namun, menurut anggota Komisi XI DPR, Andi Rahmat, harga keekonomian BBM bersubsidi dan nonsubsidi akan sama saat harga rata-rata ICP 60-65 dollar AS per barrel. Pada posisi itu, selisih harga Pertamax dan Premium bersubsidi diperkirakan Rp 200-Rp 300 per liter dan konsumen kemungkinan akan beralih ke Pertamax.
Jangan reaktif
Andi mengingatkan, agar pemerintah tidak reaktif dalam menurunkan harga BBM subsidi. Pemerintah harus memperhitungkan krisis keuangan global yang diprediksi berlangsung hingga 2009, serta harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah yang fluktuatif. Kebijakan menurunkan harga BBM bersubsidi harus didasarkan pada perhitungan perekonomian yang menyeluruh.
”Kebijakan penurunan harga BBM secara parsial dapat membahayakan fiskal dan menambah defisit APBN,” kata Andi.
Menurut Ketua Komisi VII DPR Airlangga Hartarto, kebijakan menurunkan harga BBM seharusnya diikuti dengan menyusun mekanisme sistem subsidi, yang mengikuti gerakan harga minyak mentah dunia. Penyusunan mekanisme itu baru bisa dilakukan tahun 2009.
Adapun pengamat perminyakan, Kurtubi, berpendapat, turunnya harga BBM bersubsidi akan mendorong perekonomian domestik, terutama daya beli masyarakat. Namun, peningkatan daya beli baru efektif dirasakan bila harga BBM bersubsidi turun minimal Rp 1.000 per liter.
Demikian disampaikan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, Jumat (31/10), di Istana Wakil Presiden. Ditegaskan, pemerintah baru bisa menurunkan harga BBM tahun 2009 apabila harga minyak mentah dunia rata-rata di bawah 80 dollar AS per barrel.
”Dana subsidi di APBN 2008 sudah terpakai seluruhnya sehingga sudah tidak ada lagi. Sementara harga minyak mentah dunia masih turun-naik. Kemarin 60 dollar AS, sekarang naik lagi 70 dollar AS per barrel. Kita lihat, apakah harga minyak mentah masih bisa turun atau naik lagi. Namun, tahun depan pasti kita akan turunkan jika rata-rata harga minyak di bawah 80 dollar AS,” ujar Wapres.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, kebijakan menurunkan harga BBM bersubsidi bukan hanya melihat kecukupan APBN untuk subsidi dan harga minyak dunia. Akan tetapi, juga untuk menjaga agar harga BBM bersubsidi tidak sama, atau tetap lebih rendah, dari BBM nonsubsidi.
Dicontohkan, saat ini harga BBM nonsubsidi, Pertamax Rp 7.950 per liter, sedangkan BBM subsidi jenis Premium Rp 6.000 per liter. Harga keekonomian Pertamax diperkirakan akan sama dengan Premium apabila harga jual rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) di bawah 70 dollar AS per barrel. Saat ini ICP di pasar spot per 29 Oktober masih 71,77 dollar AS per barrel.
”Pada waktu terjadi harga Pertamax turun sampai kena titik (Premium) itu, maka dilakukan langkah penurunan harga BBM bersubsidi,” kata Purnomo.
Namun, menurut anggota Komisi XI DPR, Andi Rahmat, harga keekonomian BBM bersubsidi dan nonsubsidi akan sama saat harga rata-rata ICP 60-65 dollar AS per barrel. Pada posisi itu, selisih harga Pertamax dan Premium bersubsidi diperkirakan Rp 200-Rp 300 per liter dan konsumen kemungkinan akan beralih ke Pertamax.
Jangan reaktif
Andi mengingatkan, agar pemerintah tidak reaktif dalam menurunkan harga BBM subsidi. Pemerintah harus memperhitungkan krisis keuangan global yang diprediksi berlangsung hingga 2009, serta harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah yang fluktuatif. Kebijakan menurunkan harga BBM bersubsidi harus didasarkan pada perhitungan perekonomian yang menyeluruh.
”Kebijakan penurunan harga BBM secara parsial dapat membahayakan fiskal dan menambah defisit APBN,” kata Andi.
Menurut Ketua Komisi VII DPR Airlangga Hartarto, kebijakan menurunkan harga BBM seharusnya diikuti dengan menyusun mekanisme sistem subsidi, yang mengikuti gerakan harga minyak mentah dunia. Penyusunan mekanisme itu baru bisa dilakukan tahun 2009.
Adapun pengamat perminyakan, Kurtubi, berpendapat, turunnya harga BBM bersubsidi akan mendorong perekonomian domestik, terutama daya beli masyarakat. Namun, peningkatan daya beli baru efektif dirasakan bila harga BBM bersubsidi turun minimal Rp 1.000 per liter.
Saatnya beralih ke pertamax lagi.Minyak tanah dapat dibeli di spbu/pom bensin mana ya?
Premium masih disubsidi Rp.800,00/liter.(Rp.5.925 + pajak 15%) - Rp.6.000 = Rp.800
Solar masih disubsidi Rp.916,50/liter.(Rp.6.233,500 + pajak 15%) - Rp.5.500 = Rp.916,500
Minyak Tanah masih disubsidi Rp.4.187,00/liter.Rp.6.687 - Rp.2.500 = Rp.4.187
15 Oktober 2008 Petronas:bensin Ron 97 2,30 ringgit (Rp6.210) per liter,bensin Ron 92 2,20 ringgit (Rp5.940) per liter,solar (diesel) 2,20 ringgit (Rp5.940) per liter.* 1 ringgit = Rp2.700
Pertamina Pertamax Plus 95 = Petronas ???Pertamina Pertamax 92 = Petronas bensin Ron 92Pertamina Premium = Petronas ???Pertamina Solar = Petronas ???Pertamina Diesel = Petronas ???Petronas bensin Ron 97 = Pertamina ???Petronas bensin Ron 92 = Pertamina Pertamax 92Petronas solar (diesel) = Pertamina ???
No comments:
Post a Comment