KOMODITAS KECIL
Yiwu, Menjual Apa yang Bisa Dijual
Pedagang di pusat perdagangan di Yiwu, Provinsi Zhejiang, China, memonitor transaksi secara online melalui internet, Selasa (30/3). Pusat perbelanjaan di Yiwu menjual grosir dalam partai besar beragam jenis komoditas buatan China dari sejumlah wilayah. Yiwu menjadi tujuan para pedagang di seantero dunia untuk mencari barang.
”Anda tidak pernah dapat membayangkan betapa besarnya pasar Yiwu hingga Anda datang sendiri ke sini,” kata Areck, seorang pedagang dari Polandia, yang ditemui sedang makan siang bersama rekan bisnisnya di salah satu kantin di Yiwu.
Areck benar. Banyak sudah berita yang menceritakan tentang Kabupaten Yiwu yang menjadi pusat komoditas barang-barang kecil di China. Janganlah membayangkan sebuah pasar besar yang disesaki kios-kios kumuh. Kota Perdagangan Internasional Yiwu (Yiwu Guoji Shangmao Cheng) terdiri dari 20 gedung besar dan megah berlantai lima, sambung-menyambung menjadi satu, berAC, bersih, dan nyaman. Untuk beralih dari satu gedung ke gedung lain, disediakan bus-bus kuning.
Janganlah hanya membayangkan hanya ada dua atau tiga gedung besar di Yiwu. Ada lebih dari 20 gedung yang disusun sambung-menyambung menjadi pasar internasional di kota kecil Yiwu itu. Itu pun tampaknya masih belum cukup karena di sana terlihat tengah dibangun beberapa gedung baru yang menyambung gedung yang sudah ada. Pengelompokan jenis barang yang dijual disusun secara sistematis.
Kota Perdagangan Internasional itu dibagi menjadi beberapa distrik. Satu distrik terbagi atas dua atau tiga gedung. Setiap lantai di satu gedung hanya menjual satu macam jenis dagangan. Misalnya di gedung A, lantai pertama khusus menjual mainan yang terbuat dari kain, seperti boneka. Lantai kedua diperuntukkan bagi penjual aksesori rambut, seperti jepitan dan bando. Lantai ketiga khusus menjual aneka perlengkapan natal, seperti pohon natal dan boneka sinterklas. Lantai selanjutnya menjual barang kerajinan khas China, seperti sumpit, dan lantai kelima khusus menjual keramik.
Jangan pula disangka bahwa satu toko dengan toko yang lain menjual barang serupa. Banyak sekali variasi yang dijajakan. Harganya pun bersaing. Sebagian besar dari toko tersebut merupakan etalase pabrik-pabrik sehingga harganya pun cukup murah.
”Gantungan kunci kecil dibanderol sebesar 1,3 yuan (setara dengan Rp 1.755). Minimal pembelian sebanyak satu karton berisi 1.200 buah,” ujar Nona Wang dengan ramah. Di tokonya berukuran 4 meter x 5 meter yang dilengkapi komputer itu, Wang menjual aneka macam gantungan kunci. Ketika ditanya harga satu lusin, harganya melonjak jauh, 13 yuan atau Rp 17.500. Contoh lain adalah sebuah pohon natal terbuat dari kayu setinggi 15 sentimeter. Jika membeli 1.200 buah, harganya hanya 18 yuan atau Rp 24.300 per buah. Namun, kalau hanya satu lusin, harganya menjadi 60 yuan atau Rp 81.000.
Pedagang besar seperti Areck menyarankan, jika orang asing berbelanja ke Yiwu, apalagi tidak dapat berbahasa Mandarin, sebaiknya menggunakan agen. ”Anda harus mendapatkan agen yang dapat dipercaya. Kita sebagai pembeli tinggal menunjuk barang yang hendak dibeli, membayar, lalu mereka akan mengurus selebihnya,” kata Areck.
William Zhou, seorang agen dari Ningbo, kota pelabuhan besar di Provinsi Zhejiang, mengatakan, tugas seorang agen bermula dari mendampingi kliennya ke pasar. ”Kami mencatat belanjaan para klien, memastikan barang itu terkirim dengan benar, membayar pajaknya, dan memastikan barang yang dibeli sampai dengan selamat di negara tujuan,” jelasnya. ”Pokoknya kami menyediakan segala macam keperluan bagi para pebisnis mancanegara yang belanja di Yiwu,” ujarnya.
Layanan agen bermula dari menyampaikan undangan bisnis kepada klien, memesankan hotel di Yiwu, menjemput dari bandara Yiwu, Shanghai, maupun Hangzhou. Di pasar, mereka menulis dengan teliti produk yang diinginkan, seperti mencatat nomor toko, nomor produk, warna, jumlah pembelian, pengemasan, dan memotret produk tersebut. Setelah itu, agen bertanggung jawab untuk menegosiasikan harga untuk kepentingan kliennya.
Hingga di sini, tugas agen belum selesai, dia harus memeriksa jumlah dan kualitas produk pesanan sesuai dengan permintaan klien di gudang. Setelah itu, mereka mengatur pengiriman barang tersebut ke negara asal klien, mengurus asuransi membuat dokumen pengiriman, seperti B/L, commercial invoice, daftar pengepakan, dan formulir lainnya. Jika diperlukan, agen juga dapat mengatur kunjungan klien ke pabrik tempat produk-produk tersebut dibuat. Untuk jasa yang beraneka ragam ini, agen mengutip biaya sebesar 3 persen dari belanja kliennya.
Lapangan pekerjaan sebagai agen tidak hanya terbuka bagi orang China yang fasih berbahasa Inggris. Dalam beberapa kesempatan, terlihat pembeli dari Timur Tengah didampingi agen yang berwajah Arab, mengenakan kerudung, dan fasih berbahasa Mandarin.
Untuk para pedagang yang hanya ”sedikit” berbelanja, perusahaan jasa pengiriman seperti UPS, DHL, dan FedEx siap mengirim barang belanjaan. ”Banyak lho pembeli yang berasal dari Indonesia. Kalau barangnya tidak terlalu banyak, bisa dikirim memakai pesawat. Kalau banyak, sebaiknya dikirim melalui kapal laut karena jika menggunakan pesawat akan sangat mahal ongkosnya,” ujar Chen Yunyu, seorang perempuan muda yang sedang bertugas di tempat pengiriman barang.
Dengan sangat informatif, dia menerangkan proses pengiriman bahkan menuliskan nomor telepon genggamnya di kartu nama. ”Ini nomor telepon saya. Jika nanti setelah belanja lalu tersesat, telepon saya saja. Saya akan bimbing ke tempat ini,” katanya lagi. Maklumlah, di tempat sebesar itu memang mudah sekali tersesat.
Untuk pengiriman ke Indonesia, misalnya, barang yang beratnya mencapai 21 kilogram ke atas dikenai biaya pengiriman sebesar 54 yuan atau Rp 72.900 per kilogram dengan kapal laut.
Sarana penunjang
Tidak hanya gedung megah yang mempertemukan penjual dengan pembeli. Sarana penunjang, seperti pergudangan, juga disediakan. Deretan kontainer-kontainer berbaris rapi di gudang yang tidak jauh dari bandara. Jadwal kereta api dari Yiwu ke Hangzhou, ibu kota Provinsi Zhejiang, pun yang dapat ditempuh dalam 44 menit banyak sekali. Demikian pula dengan kereta ke arah Shanghai. Pendeknya, transportasi tidak menjadi kendala.
Berbagai bangsa mengadu peruntungan di kota kecil ini. Tidak terkecuali Ali, yang mengaku berasal dari Yaman. Wajah-wajah putih, hitam, dan kuning semua ada.
Rupanya kedatangan tamu dari negara Arab membawa peluang bisnis tersendiri. Mereka perlu makanan halal. Tak pelak lagi, restoran Muslim yang menyajikan makanan halal tersebar di segala penjuru kota.
Abdullah, yang mengaku berasal dari Palestina, mendirikan sebuah restoran Istanbul di Yiwu. Restoran itu menyediakan makanan yang dapat diterima oleh lidah Arab, seperti kari dan panggang paha kambing.
”Saya datang ke sini dua tahun yang lalu. Saya bisa bicara dalam empat bahasa,” ujarnya. Abdullah memperkenalkan menu-menunya kepada para tamu dalam bahasa Inggris atau Arab. Ketika meminta pelayan menyediakan pesanan tamu, dia berbicara fasih dalam bahasa Mandarin.
Rumah makan seperti ini juga menjadi tempat pertemuan para pedagang dari Timur Tengah. Setelah siang harinya lelah berburu barang di pasar besar Yiwu, mereka bersantai tanpa merasa terasing dari negaranya, ribuan kilometer dari Yiwu. (joice tauris santi)
Areck benar. Banyak sudah berita yang menceritakan tentang Kabupaten Yiwu yang menjadi pusat komoditas barang-barang kecil di China. Janganlah membayangkan sebuah pasar besar yang disesaki kios-kios kumuh. Kota Perdagangan Internasional Yiwu (Yiwu Guoji Shangmao Cheng) terdiri dari 20 gedung besar dan megah berlantai lima, sambung-menyambung menjadi satu, berAC, bersih, dan nyaman. Untuk beralih dari satu gedung ke gedung lain, disediakan bus-bus kuning.
Janganlah hanya membayangkan hanya ada dua atau tiga gedung besar di Yiwu. Ada lebih dari 20 gedung yang disusun sambung-menyambung menjadi pasar internasional di kota kecil Yiwu itu. Itu pun tampaknya masih belum cukup karena di sana terlihat tengah dibangun beberapa gedung baru yang menyambung gedung yang sudah ada. Pengelompokan jenis barang yang dijual disusun secara sistematis.
Kota Perdagangan Internasional itu dibagi menjadi beberapa distrik. Satu distrik terbagi atas dua atau tiga gedung. Setiap lantai di satu gedung hanya menjual satu macam jenis dagangan. Misalnya di gedung A, lantai pertama khusus menjual mainan yang terbuat dari kain, seperti boneka. Lantai kedua diperuntukkan bagi penjual aksesori rambut, seperti jepitan dan bando. Lantai ketiga khusus menjual aneka perlengkapan natal, seperti pohon natal dan boneka sinterklas. Lantai selanjutnya menjual barang kerajinan khas China, seperti sumpit, dan lantai kelima khusus menjual keramik.
Jangan pula disangka bahwa satu toko dengan toko yang lain menjual barang serupa. Banyak sekali variasi yang dijajakan. Harganya pun bersaing. Sebagian besar dari toko tersebut merupakan etalase pabrik-pabrik sehingga harganya pun cukup murah.
”Gantungan kunci kecil dibanderol sebesar 1,3 yuan (setara dengan Rp 1.755). Minimal pembelian sebanyak satu karton berisi 1.200 buah,” ujar Nona Wang dengan ramah. Di tokonya berukuran 4 meter x 5 meter yang dilengkapi komputer itu, Wang menjual aneka macam gantungan kunci. Ketika ditanya harga satu lusin, harganya melonjak jauh, 13 yuan atau Rp 17.500. Contoh lain adalah sebuah pohon natal terbuat dari kayu setinggi 15 sentimeter. Jika membeli 1.200 buah, harganya hanya 18 yuan atau Rp 24.300 per buah. Namun, kalau hanya satu lusin, harganya menjadi 60 yuan atau Rp 81.000.
Pedagang besar seperti Areck menyarankan, jika orang asing berbelanja ke Yiwu, apalagi tidak dapat berbahasa Mandarin, sebaiknya menggunakan agen. ”Anda harus mendapatkan agen yang dapat dipercaya. Kita sebagai pembeli tinggal menunjuk barang yang hendak dibeli, membayar, lalu mereka akan mengurus selebihnya,” kata Areck.
William Zhou, seorang agen dari Ningbo, kota pelabuhan besar di Provinsi Zhejiang, mengatakan, tugas seorang agen bermula dari mendampingi kliennya ke pasar. ”Kami mencatat belanjaan para klien, memastikan barang itu terkirim dengan benar, membayar pajaknya, dan memastikan barang yang dibeli sampai dengan selamat di negara tujuan,” jelasnya. ”Pokoknya kami menyediakan segala macam keperluan bagi para pebisnis mancanegara yang belanja di Yiwu,” ujarnya.
Layanan agen bermula dari menyampaikan undangan bisnis kepada klien, memesankan hotel di Yiwu, menjemput dari bandara Yiwu, Shanghai, maupun Hangzhou. Di pasar, mereka menulis dengan teliti produk yang diinginkan, seperti mencatat nomor toko, nomor produk, warna, jumlah pembelian, pengemasan, dan memotret produk tersebut. Setelah itu, agen bertanggung jawab untuk menegosiasikan harga untuk kepentingan kliennya.
Hingga di sini, tugas agen belum selesai, dia harus memeriksa jumlah dan kualitas produk pesanan sesuai dengan permintaan klien di gudang. Setelah itu, mereka mengatur pengiriman barang tersebut ke negara asal klien, mengurus asuransi membuat dokumen pengiriman, seperti B/L, commercial invoice, daftar pengepakan, dan formulir lainnya. Jika diperlukan, agen juga dapat mengatur kunjungan klien ke pabrik tempat produk-produk tersebut dibuat. Untuk jasa yang beraneka ragam ini, agen mengutip biaya sebesar 3 persen dari belanja kliennya.
Lapangan pekerjaan sebagai agen tidak hanya terbuka bagi orang China yang fasih berbahasa Inggris. Dalam beberapa kesempatan, terlihat pembeli dari Timur Tengah didampingi agen yang berwajah Arab, mengenakan kerudung, dan fasih berbahasa Mandarin.
Untuk para pedagang yang hanya ”sedikit” berbelanja, perusahaan jasa pengiriman seperti UPS, DHL, dan FedEx siap mengirim barang belanjaan. ”Banyak lho pembeli yang berasal dari Indonesia. Kalau barangnya tidak terlalu banyak, bisa dikirim memakai pesawat. Kalau banyak, sebaiknya dikirim melalui kapal laut karena jika menggunakan pesawat akan sangat mahal ongkosnya,” ujar Chen Yunyu, seorang perempuan muda yang sedang bertugas di tempat pengiriman barang.
Dengan sangat informatif, dia menerangkan proses pengiriman bahkan menuliskan nomor telepon genggamnya di kartu nama. ”Ini nomor telepon saya. Jika nanti setelah belanja lalu tersesat, telepon saya saja. Saya akan bimbing ke tempat ini,” katanya lagi. Maklumlah, di tempat sebesar itu memang mudah sekali tersesat.
Untuk pengiriman ke Indonesia, misalnya, barang yang beratnya mencapai 21 kilogram ke atas dikenai biaya pengiriman sebesar 54 yuan atau Rp 72.900 per kilogram dengan kapal laut.
Sarana penunjang
Tidak hanya gedung megah yang mempertemukan penjual dengan pembeli. Sarana penunjang, seperti pergudangan, juga disediakan. Deretan kontainer-kontainer berbaris rapi di gudang yang tidak jauh dari bandara. Jadwal kereta api dari Yiwu ke Hangzhou, ibu kota Provinsi Zhejiang, pun yang dapat ditempuh dalam 44 menit banyak sekali. Demikian pula dengan kereta ke arah Shanghai. Pendeknya, transportasi tidak menjadi kendala.
Berbagai bangsa mengadu peruntungan di kota kecil ini. Tidak terkecuali Ali, yang mengaku berasal dari Yaman. Wajah-wajah putih, hitam, dan kuning semua ada.
Rupanya kedatangan tamu dari negara Arab membawa peluang bisnis tersendiri. Mereka perlu makanan halal. Tak pelak lagi, restoran Muslim yang menyajikan makanan halal tersebar di segala penjuru kota.
Abdullah, yang mengaku berasal dari Palestina, mendirikan sebuah restoran Istanbul di Yiwu. Restoran itu menyediakan makanan yang dapat diterima oleh lidah Arab, seperti kari dan panggang paha kambing.
”Saya datang ke sini dua tahun yang lalu. Saya bisa bicara dalam empat bahasa,” ujarnya. Abdullah memperkenalkan menu-menunya kepada para tamu dalam bahasa Inggris atau Arab. Ketika meminta pelayan menyediakan pesanan tamu, dia berbicara fasih dalam bahasa Mandarin.
Rumah makan seperti ini juga menjadi tempat pertemuan para pedagang dari Timur Tengah. Setelah siang harinya lelah berburu barang di pasar besar Yiwu, mereka bersantai tanpa merasa terasing dari negaranya, ribuan kilometer dari Yiwu. (joice tauris santi)