Thursday, April 22, 2010

Yiwu, Menjual Apa yang Bisa Dijual

KOMODITAS KECIL
Yiwu, Menjual Apa yang Bisa Dijual

Pedagang di pusat perdagangan di Yiwu, Provinsi Zhejiang, China, memonitor transaksi secara online melalui internet, Selasa (30/3). Pusat perbelanjaan di Yiwu menjual grosir dalam partai besar beragam jenis komoditas buatan China dari sejumlah wilayah. Yiwu menjadi tujuan para pedagang di seantero dunia untuk mencari barang.

”Anda tidak pernah dapat membayangkan betapa besarnya pasar Yiwu hingga Anda datang sendiri ke sini,” kata Areck, seorang pedagang dari Polandia, yang ditemui sedang makan siang bersama rekan bisnisnya di salah satu kantin di Yiwu.

Areck benar. Banyak sudah berita yang menceritakan tentang Kabupaten Yiwu yang menjadi pusat komoditas barang-barang kecil di China. Janganlah membayangkan sebuah pasar besar yang disesaki kios-kios kumuh. Kota Perdagangan Internasional Yiwu (Yiwu Guoji Shangmao Cheng) terdiri dari 20 gedung besar dan megah berlantai lima, sambung-menyambung menjadi satu, berAC, bersih, dan nyaman. Untuk beralih dari satu gedung ke gedung lain, disediakan bus-bus kuning.

Janganlah hanya membayangkan hanya ada dua atau tiga gedung besar di Yiwu. Ada lebih dari 20 gedung yang disusun sambung-menyambung menjadi pasar internasional di kota kecil Yiwu itu. Itu pun tampaknya masih belum cukup karena di sana terlihat tengah dibangun beberapa gedung baru yang menyambung gedung yang sudah ada. Pengelompokan jenis barang yang dijual disusun secara sistematis.

Kota Perdagangan Internasional itu dibagi menjadi beberapa distrik. Satu distrik terbagi atas dua atau tiga gedung. Setiap lantai di satu gedung hanya menjual satu macam jenis dagangan. Misalnya di gedung A, lantai pertama khusus menjual mainan yang terbuat dari kain, seperti boneka. Lantai kedua diperuntukkan bagi penjual aksesori rambut, seperti jepitan dan bando. Lantai ketiga khusus menjual aneka perlengkapan natal, seperti pohon natal dan boneka sinterklas. Lantai selanjutnya menjual barang kerajinan khas China, seperti sumpit, dan lantai kelima khusus menjual keramik.

Jangan pula disangka bahwa satu toko dengan toko yang lain menjual barang serupa. Banyak sekali variasi yang dijajakan. Harganya pun bersaing. Sebagian besar dari toko tersebut merupakan etalase pabrik-pabrik sehingga harganya pun cukup murah.

”Gantungan kunci kecil dibanderol sebesar 1,3 yuan (setara dengan Rp 1.755). Minimal pembelian sebanyak satu karton berisi 1.200 buah,” ujar Nona Wang dengan ramah. Di tokonya berukuran 4 meter x 5 meter yang dilengkapi komputer itu, Wang menjual aneka macam gantungan kunci. Ketika ditanya harga satu lusin, harganya melonjak jauh, 13 yuan atau Rp 17.500. Contoh lain adalah sebuah pohon natal terbuat dari kayu setinggi 15 sentimeter. Jika membeli 1.200 buah, harganya hanya 18 yuan atau Rp 24.300 per buah. Namun, kalau hanya satu lusin, harganya menjadi 60 yuan atau Rp 81.000.

Pedagang besar seperti Areck menyarankan, jika orang asing berbelanja ke Yiwu, apalagi tidak dapat berbahasa Mandarin, sebaiknya menggunakan agen. ”Anda harus mendapatkan agen yang dapat dipercaya. Kita sebagai pembeli tinggal menunjuk barang yang hendak dibeli, membayar, lalu mereka akan mengurus selebihnya,” kata Areck.

William Zhou, seorang agen dari Ningbo, kota pelabuhan besar di Provinsi Zhejiang, mengatakan, tugas seorang agen bermula dari mendampingi kliennya ke pasar. ”Kami mencatat belanjaan para klien, memastikan barang itu terkirim dengan benar, membayar pajaknya, dan memastikan barang yang dibeli sampai dengan selamat di negara tujuan,” jelasnya. ”Pokoknya kami menyediakan segala macam keperluan bagi para pebisnis mancanegara yang belanja di Yiwu,” ujarnya.

Layanan agen bermula dari menyampaikan undangan bisnis kepada klien, memesankan hotel di Yiwu, menjemput dari bandara Yiwu, Shanghai, maupun Hangzhou. Di pasar, mereka menulis dengan teliti produk yang diinginkan, seperti mencatat nomor toko, nomor produk, warna, jumlah pembelian, pengemasan, dan memotret produk tersebut. Setelah itu, agen bertanggung jawab untuk menegosiasikan harga untuk kepentingan kliennya.

Hingga di sini, tugas agen belum selesai, dia harus memeriksa jumlah dan kualitas produk pesanan sesuai dengan permintaan klien di gudang. Setelah itu, mereka mengatur pengiriman barang tersebut ke negara asal klien, mengurus asuransi membuat dokumen pengiriman, seperti B/L, commercial invoice, daftar pengepakan, dan formulir lainnya. Jika diperlukan, agen juga dapat mengatur kunjungan klien ke pabrik tempat produk-produk tersebut dibuat. Untuk jasa yang beraneka ragam ini, agen mengutip biaya sebesar 3 persen dari belanja kliennya.

Lapangan pekerjaan sebagai agen tidak hanya terbuka bagi orang China yang fasih berbahasa Inggris. Dalam beberapa kesempatan, terlihat pembeli dari Timur Tengah didampingi agen yang berwajah Arab, mengenakan kerudung, dan fasih berbahasa Mandarin.

Untuk para pedagang yang hanya ”sedikit” berbelanja, perusahaan jasa pengiriman seperti UPS, DHL, dan FedEx siap mengirim barang belanjaan. ”Banyak lho pembeli yang berasal dari Indonesia. Kalau barangnya tidak terlalu banyak, bisa dikirim memakai pesawat. Kalau banyak, sebaiknya dikirim melalui kapal laut karena jika menggunakan pesawat akan sangat mahal ongkosnya,” ujar Chen Yunyu, seorang perempuan muda yang sedang bertugas di tempat pengiriman barang.

Dengan sangat informatif, dia menerangkan proses pengiriman bahkan menuliskan nomor telepon genggamnya di kartu nama. ”Ini nomor telepon saya. Jika nanti setelah belanja lalu tersesat, telepon saya saja. Saya akan bimbing ke tempat ini,” katanya lagi. Maklumlah, di tempat sebesar itu memang mudah sekali tersesat.

Untuk pengiriman ke Indonesia, misalnya, barang yang beratnya mencapai 21 kilogram ke atas dikenai biaya pengiriman sebesar 54 yuan atau Rp 72.900 per kilogram dengan kapal laut.

Sarana penunjang

Tidak hanya gedung megah yang mempertemukan penjual dengan pembeli. Sarana penunjang, seperti pergudangan, juga disediakan. Deretan kontainer-kontainer berbaris rapi di gudang yang tidak jauh dari bandara. Jadwal kereta api dari Yiwu ke Hangzhou, ibu kota Provinsi Zhejiang, pun yang dapat ditempuh dalam 44 menit banyak sekali. Demikian pula dengan kereta ke arah Shanghai. Pendeknya, transportasi tidak menjadi kendala.

Berbagai bangsa mengadu peruntungan di kota kecil ini. Tidak terkecuali Ali, yang mengaku berasal dari Yaman. Wajah-wajah putih, hitam, dan kuning semua ada.

Rupanya kedatangan tamu dari negara Arab membawa peluang bisnis tersendiri. Mereka perlu makanan halal. Tak pelak lagi, restoran Muslim yang menyajikan makanan halal tersebar di segala penjuru kota.

Abdullah, yang mengaku berasal dari Palestina, mendirikan sebuah restoran Istanbul di Yiwu. Restoran itu menyediakan makanan yang dapat diterima oleh lidah Arab, seperti kari dan panggang paha kambing.

”Saya datang ke sini dua tahun yang lalu. Saya bisa bicara dalam empat bahasa,” ujarnya. Abdullah memperkenalkan menu-menunya kepada para tamu dalam bahasa Inggris atau Arab. Ketika meminta pelayan menyediakan pesanan tamu, dia berbicara fasih dalam bahasa Mandarin.

Rumah makan seperti ini juga menjadi tempat pertemuan para pedagang dari Timur Tengah. Setelah siang harinya lelah berburu barang di pasar besar Yiwu, mereka bersantai tanpa merasa terasing dari negaranya, ribuan kilometer dari Yiwu. (joice tauris santi)

Kepak "Garuda" Menerobos China

EKONOMI
Kepak "Garuda" Menerobos China

Aktivitas perdagangan di Silk Market, Yong An Li, Beijing, Selasa (23/3). Tempat ini menjadi tujuan belanja turis asing dari sejumlah benua. Beragam produk, seperti garmen, perhiasan, jam tangan, mainan, tas, dompet, jaket, baju, hingga mainan, dapat diperoleh di pasar ini.

Kekuatan kepak burung Garuda yang menandai kekuatan Indonesia diuji. Di tengah upaya meningkatkan daya saing, China merupakan pasar potensial untuk diterobos pengusaha Indonesia. Seberapa menarikkah China bagi investor?

Peluang tak selamanya mudah diraih. Ada yang merasakan kemudahan, tetapi tak sedikit yang merasa sulit menembus dinding Negara Tirai Bambu tersebut.

Komponen investasi, khususnya investasi asing secara langsung (FDI), sangat banyak. Dalam enam bulan terakhir ini, FDI ke China terus naik, mencapai nilai total 8,1 miliar dollar AS.

Apa sebenarnya yang menarik investor asing? Bagaimana Pemerintah China memperlakukan investor asing? Dan, apa pelajaran yang dapat dipetik dari kebijakan Pemerintah China?

Ketua Indonesian Business Association Shanghai Adi Harsono menyebutkan, faktor yang menarik investor asing ke China antara lain pangsa pasar yang sangat besar, iklim investasi yang kondusif, seperti peraturan investasi, infrastruktur, dan sikap pemerintah yang proaktif, serta tersedianya sumber daya manusia yang berlimpah.

”Umumnya, investor asing diperlakukan sangat baik. Mereka dijemput, bukan ditunggu. Mereka disambut red-carpet. Mereka diperlakukan layaknya sebagai investor yang akan mendongkrak ekonomi dan menciptakan lapangan kerja,” kata Adi.

Adi memandang pelajaran yang perlu diambil dari China adalah sikap ”jemput bola”. Pemerintah Indonesia perlu jemput bola dengan memangkas aturan rumit birokrasi, mempermudah perizinan, dan ikut membantu investor memberesi masalah lahan tanah dan masalah perburuhan.

Dia mengingatkan bahwa tidak semua pengusaha Indonesia sukses di China, terutama usaha kecil dan menengah

Indonesia akan sulit berkompetisi dengan China. Pengusaha Indonesia yang sukses biasanya adalah pengusaha yang sudah mapan dengan manajemen yang kuat.

Pengusaha bicara

CEO Garudafood Sudhamek AWS pun angkat bicara. Potensi pasar China luar biasa. Kesenjangan sosial diatasi Pemerintah China dengan cara melakukan reformasi pertanahan, subsidi bagi warga desa (sebesar 55 persen dari penduduk China masih berada di pedesaan), dan pemberian insentif besar-besaran sehingga kesejahteraan rakyat meningkat dan industri dalam negeri berkembang pesat.

Melihat potensi itu, Garudafood masuk untuk berinvestasi dengan cara mengakuisisi salah satu perusahaan, tepatnya di Xiamen, China. Kantor pemasaran ini dibuka untuk membidik pasar China dan sebagai basis untuk ekspor ke negara lain.

”Tetapi, kita juga perlu belajar smart protection dari China. Produk Garudafood tak bisa serta-merta masuk ke gerai-gerai kecil, seperti toko di sekolah,” kata Sudhamek.

Meski insentif sudah tidak banyak lagi, China tetap menarik bagi investor. Pengusaha melihat potensi pasarnya. Biskuit, misalnya. Total pasar di Indonesia mencapai Rp 12 triliun, sementara pasar China bisa mencapai Rp 80 triliun.

”Persoalan cita rasa makanan juga sangat menentukan untuk bisa diterima konsumen China,” ujar Sudhamek.

Sekitar 50 persen konsumsi semen dunia berada di China. Begitu pula baja 30 persen serta kapal pesiar dan jet pribadi 12 persen. Di China kini bermunculan orang-orang black color, pengusaha yang kerap berpakaian serba hitam, termasuk kartu kreditnya. Pekerjaannya tidak jelas, tetapi mereka jagoan melobi bisnis.

Ketua Asosiasi Peternak dan Pedagang Sarang Walet Indonesia (APPSWI) Bidang Perdagangan Boedi Mranata mengaku sulit memasuki pasar China. Produk sarang burung Indonesia masih dituding membawa virus flu burung (avian influenza). Padahal, potensi sarang burung Indonesia sebanyak 80 persen dipasok untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia, antara lain China, Hongkong, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, dan Jepang.

”Pedagang eceran di China sih secara terang-terangan bilang sarang burung Indonesia sangat bagus dan banyak dicari konsumen,” kata Budi.

Larangan produk sarang burung Indonesia memasuki pasar China dilakukan oleh satu pintu, yaitu Department of Supervisions on Animal and Plant Quaratine of General Administration of Quality Supervision Inspection and Quarantine.

Apabila virus H5N1 dijadikan alasan, Budi secara tegas membantah. Pola hidup burung walet sangat jarang berelasi dengan unggas lain. Kemudian, sarang burung dihasilkan dari air liur walet dan prosesnya pun dikeringkan terlebih dahulu. Begitu pula sarang burung itu diproses dengan cara dimasak sehingga virus dipastikan mati.

Setiap tahun, total ekspor sarang burung walet diperkirakan mencapai 400 ton. Sekitar 250 ton diekspor ke China, tetapi ekspor dilakukan melalui negara-negara lain. ”Kalau pintu ekspor bisa dibuka oleh China, harga sarang burung Indonesia tentu bisa sangat kompetitif dibandingkan dengan negara lain,” ujar Budi.

Bagi Indonesia, menurut Budi, dari total nilai ekspor ke China yang mencapai 14 miliar dollar AS, kontribusi yang diberikan sarang burung walet sekitar 4 persen. Tentu, apabila China mengizinkan impor langsung, sarang burung walet bisa masuk sepuluh besar andalan ekspor Indonesia.

Direktur JSP Toys Factory Fakhrudin selaku produsen mainan anak-anak di Demak, Jawa Tengah, mengatakan, citra ”Made in China” memang sudah merekat di seluruh dunia. Karena itu, tanpa perlu bersaing di pasar China, potensi pasar mainan anak sesungguhnya tetap terserap di seluruh dunia.

Bagi Fakhrudin, China merupakan tempat untuk belajar melihat tren pasar. Berbagai model mainan terus diciptakan. ”Jangan dikira semua mainan anak-anak asal China murah. Sentuhan teknologi sudah membuat mainan tertentu tinggi,” kata Fakhrudin, yang bolak-balik ke China.

Itulah sebuah jalan yang sesungguhnya bisa dijadikan pilihan investor Indonesia lainnya!(osa)

KERJA SAMA

KERJA SAMA
Mengubah Paradigma Generasi Muda

”Menangisi” implementasi dan kemudian potensi dampak negatif perdagangan bebas antara China dan ASEAN bagi sebagian kalangan hanyalah menguras tenaga. Akan lebih produktif jika melompat naik ke kapal besar dan bergandengan erat dengan China untuk ikut mendapat manfaat yang sebesar-besarnya.

Prinsip itu tampaknya yang dipegang Perhimpunan Masyarakat dan Pengusaha Indonesia-Tionghoa (Permit). Karena itu, pada hari Senin, 22 Maret 2010, di Beijing, China, Permit menandatangani perjanjian kerja sama dengan Biro Promosi Investasi Beijing (Beijing Investment Promotion Bureau).

Kedua lembaga itu sepakat menjalin kerja sama untuk menyediakan informasi mengenai segala hal ihwal yang terkait dengan upaya peningkatan hubungan di segala bidang bagi kedua negara, China dan Indonesia. Fokus utamanya pada investasi dan perdagangan.

Kecuali itu, Permit juga menjalin kerja sama dengan Peking University. Permit memberikan beasiswa senilai 3 juta renminbi kepada universitas tersebut. Beasiswa tadi bisa dimanfaatkan oleh anak-anak Indonesia yang akan belajar di universitas terbaik dan terbesar tersebut.

Berikut petikan wawancara Kompas dengan Ketua Umum Permit Dr Tahir MBA di sela-sela seminar peringatan 60 tahun hubungan diplomatik antara China dan Indonesia, 22 Maret 2010 di Beijing. Selain dikenal sebagai pengusaha papan atas, Tahir juga kini sebagai Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Kompas: Apa yang akan atau sudah dilakukan Permit secara konkret dalam upaya penguatan hubungan kedua bangsa ini?

Tahir: Di Beijing, 22 Maret lalu, saya (selaku Ketua Umum Permit) menandatangani kerja sama dengan Biro Promosi Investasi Beijing. Latar belakangnya, kerja sama kedua negara baru bisa erat dan nyata jika terjadi terjadi kontak intensif pada semua level. Bukan hanya antarpemerintah atau G-to-G. Tak kalah pentingnya hubungan antarpengusaha, antarkomunitas, sampai level masyarakat dan individu (people to people).

Konkretnya?

Kami akan bekerja sama untuk mengumpulkan informasi akurat yang dapat dipakai kedua belah pihak untuk keperluan bisnis, investasi dan perdagangan, pariwisata, kesenian, sampai kebudayaan. Kami juga akan saling mempromosikan dalam arti luas, termasuk mencarikan mitra bagi para pengusaha yang membutuhkan.

Untuk keperluan tersebut, kami sudah membuka kantor di Beijing. Dengan begitu, pengusaha Indonesia yang berkunjung ke Beijing setidaknya memiliki tempat bertanya dan mencari informasi yang lebih pasti. Begitu juga sebaliknya kalau ada pengusaha China yang mencari informasi bisnis dan informasi saja.

Makanya, untuk mendukung langkah Pemit itu, kami coba kerja sama dengan organisasi yang kuat, seperti CSIS dan Apindo.

Terkait Shanghai Expo yang berskala internasional, kami akan membawa delegasi pengusaha Indonesia ke sana. Dari semua lapisan pengusaha, terutama yang kecil-kecil, supaya wawasan bisnis mereka kian bertambah. Kami akan bekerja sama dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Kementerian Perdagangan.

Selain itu, apalagi?

Permit juga telah mengikat kerja sama dengan Peking University, perguruan tinggi terbaik dan terbesar di China. Kami memberikan dana 3 juta renminbi kepada mereka untuk beasiswa. Dengan tersedianya beasiswa itu, anak-anak Indonesia diharapkan bisa masuk dan bisa menyelesaikan kuliahnya di sana. Di universitas ini, selain susah masuk, juga susah untuk bertahan atau tidak drop out, serta dapat menyelesaikan studinya tepat waktu karena tidak lagi terkendala biaya kuliah.

Anak-anak China juga bisa pakai?

Tidak. Itu hanya untuk orang Indonesia, tetapi tidak terbatas buat mahasiswa murni saja. Pegawai negeri sipil juga bisa menggunakannya. Pegawai negeri Indonesia yang mau belajar berbagai bidang ilmu di Peking University bisa menggunakannya sehingga benar-benar bisa besar manfaatnya.

Peran apalagi yang ingin dimainkan Permit?

Keturunan Tionghoa di Indonesia ini punya sekitar 700 organisasi atau perkumpulan. Namun, umumnya bersifat eksklusif, sebatas sesama sekolah, daerah asal, dan sebagainya. Kita mengharapkan supaya mereka lebih terbuka. Membuka diri untuk bersosialisasi secara lebih luas.

Secara konkret, Permit, misalnya, meminta beberapa tokoh nasional dari berbagai latar belakang, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, untuk menjadi penasihat, pelindung, dan pembina.

Secara ideal, misi Permit itu seperti apa?

Membangun paradigma baru keturunan Tionghoa. Kami ingin membangun kesadaran baru bahwa kita ini keturunan Tionghoa adalah part of, bagian dari, Indonesia. Kita lahir di sini dan dipelihara Indonesia, jadi kita juga mesti berkontribusi signifikan terhadap pembangunan secara konkret.

Misalnya?

Kita yang punya sesuatu yang lebih, mari kita memberi sebagian dari kelebihan milik kita itu untuk membangun kebersamaan. Bukan lagi sedekah-sedekahan, tetapi sesuatu yang terorganisasi dan bisa berkelanjutan sehingga manfaatnya lebih besar pula.

Sebagai tanggung jawab kepada bangsa dan negara, misalnya, kita tanamkan bahwa... eh mari kita taat membayar pajak sebagaimana mestinya. Karena itu, Permit bekerja sama dengan konsultan pajak untuk mendidik pengusaha-pengusaha keturunan itu sadar pajak, mengetahui fungsi pajak, dan membayar pajak sebagaimana mestinya. Namun, kalau kesadaran mereka sudah terbangun, ya aparat juga jangan meres-meresin mereka terus.

Anda sudah melakukannya?

Sudah. Saya mesti kasih contoh dong. Bank saya (Mayapada) misalnya memberi kredit murah untuk pengusaha kecil. Rumah Sakit Mayapada bersama Permit memberi beasiswa bagi anak-anak yang mau sekolah keperawatan. Tidak harus bekerja di rumah sakit saya, kalau perlu kita kirim ke luar negeri sehingga bukan hanya tenaga kerja murah yang kita kirim ke luar negeri.

Idealis juga...!

Ya, mungkin saya dan teman-teman tidak bisa lihat dan menikmati hasilnya, enggak apa-apa. Namun, setidaknya, kami dari Permit sudah melangkah dan meletakkan dasar secara konkret. Anak-anak kita kelak yang akan menikmati dan melanjutkan demi kelanggengan hubungan yang harmonis kedua bangsa besar ini. (Andi Suruji)

Berdaganglah sampai ke Negeri China

DIPLOMASI EKONOMI
Berdaganglah sampai ke Negeri China

Ketakutan utama pasca-implementasi Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China atau ACFTA adalah semakin membanjirnya barang China ke Indonesia. Hampir seluruh mata dunia sesungguhnya menyaksikan, bahkan tanpa diberlakukan ACFTA, produk China sudah tersebar sampai pelosok pedesaan.

Jangan naif, itulah dua kata yang harus diungkapkan apabila kita memandang peta perdagangan dunia. Berbagai FTA, sebagaimana diungkapkan jajaran Kementerian Perdagangan dalam kurun waktu enam bulan terakhir ini, telah disepakati negara-negara di dunia.

Satu negara dengan negara lain sudah terkoneksi dengan garis-garis penghubung. Misalnya, ASEAN-China. Bisa dibayangkan, apabila Indonesia menolak ACFTA, Indonesia juga akan kehilangan garis penghubung dengan ASEAN.

Bayangkan lagi, kekalahan Indonesia yang ”menyerah” sebelum bertanding, tentu akan menjadi peluang bagi negara lain untuk menyerbu China sebagai pasar potensial. Di depan mata negara-negara di ASEAN, penduduk China 1,3 miliar jiwa merupakan pasar menggiurkan.

Bukan hanya terhadap China, produk Indonesia yang akan masuk ke ASEAN pun akan tidak kompetitif karena bea masuk produk Indonesia ke negara-negara itu akan diberlakukan tarif normal yang jauh lebih tinggi atau most favoured nation. Sebuah pilihan berat, tetapi harus dihadapi.

Sejarah memang tidak bisa diputar ulang. Sejak tahun 1991, ACFTA sudah dirintis. Lima tahun kemudian, China secara resmi menjadi mitra dialog ASEAN. Ada catatan penting bahwa tahun 1997 sejumlah kepala negara telah melakukan joint statement untuk menjalankan ASEAN dan Republik Rakyat Tiongkok (China) sebagai sahabat dan mitra yang saling percaya untuk menyongsong abad ke-21.

Pascaperundingan, kesepakatan ACFTA pun ditandatangani November 2004. Sejak saat itu, pengenaan tarif bea masuk untuk produk-produk yang disepakati mulai dikurangi. Puncaknya, 1 Januari 2010, bea masuk sejumlah produk menjadi nol persen.

Industri seakan kebakaran jenggot. Sepuluh tahun ACFTA dirintis, China langsung memperkuat kepemimpinan pemerintahannya meski berada di dalam ingar-bingar perpolitikannya. Bukan cuma sosialisasi, mereka juga menyusun dan mengimplementasikan serta mengawal betul roadmap industrinya. Kepemimpinan China kuat sekali. Begitu tahun 2010 disepakati implementasi perdagangan bebas, seluruh ”gerbong” ditarik menuju ke arah sana.

”Sebaliknya, kita malah seperti kebakaran jenggot. Ini terjadi karena pemerintah dan sektor bisnis tidak ada kekuatan untuk bersatu,” kata Chief Executive Officer (CEO) Grup Garudafood Sudhamek AWS.

Di tengah berjalannya 60 tahun hubungan diplomasi Indonesia dan China, neraca perdagangan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini memang menjadi perhatian utama. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, selama tahun 1999-2007 Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan China, tetapi tahun 2008-2009 (Januari-Oktober) mengalami defisit.

Ekspor Indonesia ke China cenderung meningkat hingga tahun 2008, tetapi krisis yang mengguncang menyebabkan daya tahan ekspor kita melemah. Sementara impor dari China ke Indonesia tak tergoyahkan, bahkan cenderung meningkat.

Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar memandang, peningkatan impor China ini tidak bisa serta-merta dibandingkan dengan melemahnya industri Indonesia. China semakin kompetitif dibandingkan dengan negara-negara lain.

Berdasarkan laporan BPS, Kementerian Perdagangan menekankan, impor barang modal dan bahan baku penolong dari China meningkat pesat dengan pertumbuhan rata-rata tahunan masing-masing 49,8 persen dan 24,6 persen. Kedua kelompok barang tersebut digunakan oleh industri dalam negeri untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Sementara impor barang konsumsi dari China cenderung turun di bawah 1 miliar dollar AS.

Terhadap ACFTA, Mahendra pun pernah mengingatkan, semua pihak hendaknya tidak bersikap naif. Tidak semua strategi hubungan dagang bisa dipublikasikan pada zaman teknologi yang kini semakin terbuka lebar karena pihak lain dapat juga membuat strategi untuk nilai tawar atas posisinya.

Sudhamek mengakui, strategi bisnis sangat menentukan keberhasilan. ACFTA merupakan perjanjian ASEAN dan China. Kalau minta dibatalkan dengan mengedepankan isu 228 pos tarif, Indonesia harus menyadari sebagai bangsa besar yang berada di dalam pergaulan internasional.

Karena itu, menurut Sudhamek, persoalannya bukan sekadar hubungan dagang Indonesia dan China. Kalau keberatan, pintu masuknya adalah ASEAN.

”Kalaupun perjanjian itu diubah, apakah kita tidak ketinggalan kereta? Padahal, negara-negara ASEAN lainnya sedang berlomba memasuki pasar China,” kata Sudhamek.

Berdaganglah sampai ke negeri China...!

Menurut dia, ada produk andalan domestik yang dijaga betul-betul oleh China untuk tidak disaingi negara lain. Produk tersebut adalah baja, otomotif, kapal, pengolahan perminyakan, tekstil, lampu, non ferrous metal, peralatan manufaktur mekanik, perangkat elektronik, dan teknologi informasi dan logistik. Jadi, sia-sia menyaingi produk China semacam ini.

Fakhrudin, seorang produsen mainan anak-anak di Demak, Jawa Tengah, mengakui tidak semua produk mainan anak-anak yang diproduksi di Indonesia bisa kompetitif. Ekspor memang menjadi harapan para produsen, tetapi mengisi ceruk pasar domestik juga tidak ada salahnya.

”Percayalah, pasar domestik masih bisa diandalkan. Kami masih konsentrasi di pasar di Tanah Air luar biasa besar. Kuncinya, kita bisa belajar dari China yang mampu membaca tren pasar. Selebihnya, kreativitas dan inovasi juga penting,” kata Fakhrudin, yang kini memiliki jumlah tenaga kerja sekitar 250 orang.

Tak heran, mainan anak-anak itu bisa diproduksi mulai dari bentuk perangkat makan, mobil-mobilan, hingga handphone yang semuanya terbuat dari plastik bekas. Untuk menggali ketajaman dalam melihat tren, Fakhrudin bolak-balik melanglang buana ke China untuk sekadar kulakan produk baru sebagai prototipe. Jangan salah, produk mainan anak-anak dari China juga ada yang mahal harganya. (Stefanus Osa Triyatna)

POIN-POIN KESEPAKATAN YOGYA

POIN-POIN KESEPAKATAN YOGYA

Hasil Pertemuan Komisi Bersama Indonesia-China di Yogyakarta, 3 April 2010, antara Menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu dan Menteri Perdagangan China Chen Deming.

• Kedua pemerintah sepakat bahwa Deklarasi Bersama tentang Kemitraan Strategis yang ditandatangani oleh kedua pemimpin pada tahun 2005 merupakan landasan bagi penguatan hubungan perdagangan dan kerja sama ekonomi kedua negara ke depan. Untuk itu, kedua pihak sepakat untuk mengembangkan langkah-langkah strategis bagi kepentingan jangka panjang kedua bangsa.

• Kedua pihak sepakat untuk melaksanakan ACFTA yang diimplementasikan secara menyeluruh dan saling menguntungkan.

• Kedua pihak akan mengupayakan pertumbuhan perdagangan yang tinggi dan berkelanjutan. Apabila terjadi ketidakseimbangan neraca perdagangan, pihak yang surplus wajib melaksanakan langkah-langkah untuk meningkatkan impor dan memberikan dukungan yang diperlukan kepada mitranya.

• Untuk mengimplementasikan hal tersebut, dibentuk kelompok kerja selambat-lambatnya dalam waktu dua bulan yang akan melakukan analisis data dan informasi perdagangan dua arah dan merekomendasikan langkah-langkah yang diperlukan, dengan prioritas diberikan kepada sektor-sektor yang akan ditentukan kemudian, utamanya besi dan baja, tekstil dan produk tekstil, serta sepatu.

• Selain menyepakati aspek perdagangan, kedua pihak juga sepakat mengupayakan agar sektor-sektor yang diidentifikasikan itu dan sektor-sektor lainnya yang merupakan prioritas kedua pihak untuk memperoleh dukungan pendanaan kredit dan pinjaman lunak untuk revitalisasi, investasi, dan pengembangan.

• Kedua pihak juga menyepakati untuk mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia melalui berbagai skema yang akan dirumuskan dalam perjanjian terpisah. China juga akan mendukung program Indonesia meningkatkan konektivitas antara daerah-daerah dan pulau-pulau di Indonesia.

• Kedua pihak sepakat mendorong kerja sama dan dialog di antara asosiasi-asosiasi bisnis di sektor-sektor prioritas kedua negara.

Saturday, April 3, 2010

UU Badan Hukum Pendidikan Dibatalkan

UU Badan Hukum Pendidikan Dibatalkan

Mahkamah Konstitusi membatalkan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan secara keseluruhan karena dinilai bertentangan dengan UUD 1945. MK tidak sepakat dengan penyeragaman bentuk badan hukum penyelenggara pendidikan seperti yang diatur dalam UU Nomor 9 Tahun 2009.

Hal itu terungkap dalam putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dibacakan pada Rabu (31/3). Putusan itu dibacakan majelis hakim konstitusi dalam sidang yang dipimpin Ketua MK Moh Mahfud MD.

Putusan itu menjawab permohonan yang diajukan perorangan, Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (BPPTSI), sejumlah pesantren dan yayasan pendidikan, seperti Yayasan Trisakti, Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila, Yayasan Universitas Surabaya, Yayasan Universitas Prof Dr Moestopo, Komisi Pendidikan Koferensi Waligereja Indonesia, YPTK Satya Wacana, serta Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar.

Selain itu, kata majelis hakim MK, UU itu juga memiliki kelemahan dari aspek yuridis, kejelasan maksud, dan keselarasan dengan UU lain. Pengaturan badan hukum pendidikan dalam Undang-Undang Badan Hu- kum Pendidikan (UU BHP) pun dinilai tidak sesuai dengan rambu-rambu yang pernah diberikan MK dalam putusan sebelumnya terkait Pasal 53 Ayat (1) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Pasal 53 Ayat (1) menyebutkan, ”Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan”.

Bagi MK, istilah badan hukum pendidikan itu bukanlah nama dan bentuk badan hukum tertentu. Istilah itu hanya sebutan dari fungsi penyelenggara pendidikan, artinya suatu lembaga pendidikan harus dikelola oleh suatu badan hukum.

Tidak harus seragam

MK menilai, UU BHP menyeragamkan bentuk hukum badan hukum pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tidak sesuai dengan maksud UUD 1945 (Pasal 31). Sistem pendidikan nasional dalam UUD tidak dimaknai bahwa penyelenggara pendidikan nasional harus diatur secara seragam.

Dalam putusannya, MK juga memberi penghargaan tinggi terhadap sekolah-sekolah swasta yang dikelola dengan keragaman. Sekolah-sekolah tersebut dinilai turut berjasa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, baik pada masa penjajahan maupun kemerdekaan. Sekolah swasta pada zaman penjajahan berperan mencerdaskan karena sekolah yang didirikan pemerintah kolonial Belanda tidak menjangkau keseluruhan masyarakat serta bersifat elitis dan diskriminatif.

”MK tidak menemukan alasan yang mendasar diperlukannya penyeragaman penyelenggara pendidikan,” ujar hakim konstitusi.

Putusan tersebut disambut positif, baik oleh pemohon maupun pengamat pendidikan. Thomas Suyatno dari Asosiasi BPPTSI mengatakan, pembatalan UU BHP ini merupakan kemenangan seluruh masyarakat. Pihaknya tetap menolak upaya penyeragaman dan segala kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945 Alinea IV.

Sementara itu, tokoh senior CSIS, Harry Tjan Silalahi, menjelaskan, putusan MK adalah putusan mencerahkan dan menunjukkan sisi kenegarawanan hakim-hakimnya.

Kuasa hukum pemohon, Taufik Basari, menjelaskan, dengan dibatalkannya UU BHP oleh MK, ketentuan tersebut sudah tidak berlaku sejak hari Rabu kemarin.

Terkait dengan pembatalan UU BHP, Juru Bicara Wakil Presiden Yopie Hidayat mengatakan bahwa saat ini Wakil Presiden Boediono sedang mempelajari dengan saksama keputusan MK. Selanjutnya, pemerintah akan memastikan agar tidak terjadi pertentangan hukum.

Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh mengatakan, pemerintah menghormati putusan MK dan siap melaksanakannya. Menyikapi putusan MK karena adanya kelompok masyarakat yang mengajukan uji materi UU BHP, Nuh mengatakan bukan berarti ada pihak yang kalah dan menang.

Menurut Nuh, pemerintah akan membahas konsekuensi dibatalkannya UU BHP, termasuk meninjau ulang peraturan pemerintah hingga peraturan menteri yang berkaitan dengan UU BHP dan UU Sisdiknas.