Harga Minyak 90 Dollar AS
Terendah dalam Delapan Bulan, Terpengaruh Krisis
Alat pompa minyak mentah yang sudah usang terletak di sebuah ladang jagung di New Haven, Illinois, AS, Sabtu (4/10). Produksi minyak di Illinois mencapai puncaknya pada tahun 1980-an. Harga minyak mentah Senin kemarin terus merosot hingga ke level di bawah 90 dollar AS per barrel setelah bulan Juli lalu mencatat rekor tertinggi 147 dollar AS per barrel.
Harga minyak di pasar London dan Singapura hari Senin (6/10) merosot, berada di bawah 90 dollar AS per barrel. Ini harga minyak terendah dalam delapan bulan ini disebabkan krisis keuangan dunia yang diperkirakan ikut menekan permintaan minyak.
Harga minyak di pasar minyak London, Inggris, pada pembukaan langsung merosot mengikuti perkembangan serupa sebelumnya di pasar minyak Singapura. Harga minyak bahkan sempat sebentar berada di bawah level 90 dollar AS per barrel.
Minyak light sweet AS untuk penyerahan November diperdagangkan pada 90,24 dollar AS per barrel. Harga light sweet AS yang menjadi patokan di New York ini turun sekitar 3,64 dollar AS per barrel dari harga pada penutupan pasar pekan lalu.
Harga minyak light sweet di London bahkan sempat menyentuh level 89,07 dollar AS per barrel, harga terendah sejak awal Februari lalu. Penurunan harga di London ini sudah berlangsung empat hari ini. Harga minyak sudah terkoreksi hampir 40 persen sejak 11 Juli saat harga minyak mencapai rekor 147,27 dollar AS per barrel.
Sebelumnya, light sweet di pasar minyak Singapura sempat merosot 3,42 dollar AS mencapai 89,96 dollar AS per barrel pada siang hari. Harga light sweet untuk penyerahan November ini kemudian naik lagi menjadi 90,45 dollar AS per barrel.
Adapun minyak Brent Laut Utara yang menjadi patokan di pasar London untuk penyerahan November turun 3,47 dollar AS menjadi 86,78 dollar AS per barrel. Di Singapura, Brent untuk penyerahan November sudah merosot 3,70 dollar AS menjadi 86,55 dollar AS per barrel.
Permintaan tertekan
Harga minyak merosot karena pedagang minyak mengkhawatirkan permintaan minyak mentah yang menurun akibat krisis keuangan global. Krisis keuangan di AS, yang kini melebar ke Eropa, kemungkinan akan menekan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan permintaan akan minyak mentah.
”Ini sebuah kelanjutan sesaat dari kejatuhan harga minyak yang sedang terjadi,” ujar Jason Feer, analis pasar energi pada Argus Media di Singapura.
Dikatakan, absennya cuaca dan faktor politik yang bisa memengaruhi harga minyak membuat investor memerhatikan isu ekonomi. Krisis keuangan yang kian meluas bakal membuat permintaan minyak dunia merosot.
Pemerintah AS dan Eropa mencoba melakukan langkah menyelamatkan krisis keuangan, tetapi upaya ini kurang bisa meyakinkan pasar. Pemerintah Presiden AS George Walker Bush menyediakan paket 700 miliar dollar AS untuk mengatasi krisis.
Permintaan minyak mentah di AS telah merosot sepanjang tahun ini akibat beban harga minyak yang tinggi. AS adalah konsumen minyak mentah terbesar di dunia. Konsumsi minyak mentah di Eropa dan Jepang juga terus merosot.
Kini pertanyaan juga diajukan atas permintaan minyak mentah China. Pertumbuhan ekonomi China yang begitu cepat menjadi faktor pendorong harga minyak melonjak tajam dari sekitar 20 dollar AS per barrel pada tahun 2002 mencapai puncak 147 dollar AS per barrel pada Juli lalu.
”Pasar mulai membentuk harga,” ujar Mark Pervan, analis komoditas senior dari ANZ. Disebutkan, pasar minyak kini mulai senada dan berpikir kembali. Kondisi pasar ini juga akan memengaruhi China.
Sementara itu, Iran menilai harga minyak di bawah 100 dollar AS per barrel sudah terlalu rendah. Iran meminta anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menaati kuota produksi mereka untuk mencegah terjadinya kelebihan pasokan yang bisa berakibat lebih buruk lagi.
”Kelebihan pasokan bisa mencapai 1,2 juta barrel per hari,” papar Menteri Perminyakan Iran Gholamhossein Nozari. Produksi OPEC kini mencapai 30,4 juta barrel per hari.
Harga minyak di pasar minyak London, Inggris, pada pembukaan langsung merosot mengikuti perkembangan serupa sebelumnya di pasar minyak Singapura. Harga minyak bahkan sempat sebentar berada di bawah level 90 dollar AS per barrel.
Minyak light sweet AS untuk penyerahan November diperdagangkan pada 90,24 dollar AS per barrel. Harga light sweet AS yang menjadi patokan di New York ini turun sekitar 3,64 dollar AS per barrel dari harga pada penutupan pasar pekan lalu.
Harga minyak light sweet di London bahkan sempat menyentuh level 89,07 dollar AS per barrel, harga terendah sejak awal Februari lalu. Penurunan harga di London ini sudah berlangsung empat hari ini. Harga minyak sudah terkoreksi hampir 40 persen sejak 11 Juli saat harga minyak mencapai rekor 147,27 dollar AS per barrel.
Sebelumnya, light sweet di pasar minyak Singapura sempat merosot 3,42 dollar AS mencapai 89,96 dollar AS per barrel pada siang hari. Harga light sweet untuk penyerahan November ini kemudian naik lagi menjadi 90,45 dollar AS per barrel.
Adapun minyak Brent Laut Utara yang menjadi patokan di pasar London untuk penyerahan November turun 3,47 dollar AS menjadi 86,78 dollar AS per barrel. Di Singapura, Brent untuk penyerahan November sudah merosot 3,70 dollar AS menjadi 86,55 dollar AS per barrel.
Permintaan tertekan
Harga minyak merosot karena pedagang minyak mengkhawatirkan permintaan minyak mentah yang menurun akibat krisis keuangan global. Krisis keuangan di AS, yang kini melebar ke Eropa, kemungkinan akan menekan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan permintaan akan minyak mentah.
”Ini sebuah kelanjutan sesaat dari kejatuhan harga minyak yang sedang terjadi,” ujar Jason Feer, analis pasar energi pada Argus Media di Singapura.
Dikatakan, absennya cuaca dan faktor politik yang bisa memengaruhi harga minyak membuat investor memerhatikan isu ekonomi. Krisis keuangan yang kian meluas bakal membuat permintaan minyak dunia merosot.
Pemerintah AS dan Eropa mencoba melakukan langkah menyelamatkan krisis keuangan, tetapi upaya ini kurang bisa meyakinkan pasar. Pemerintah Presiden AS George Walker Bush menyediakan paket 700 miliar dollar AS untuk mengatasi krisis.
Permintaan minyak mentah di AS telah merosot sepanjang tahun ini akibat beban harga minyak yang tinggi. AS adalah konsumen minyak mentah terbesar di dunia. Konsumsi minyak mentah di Eropa dan Jepang juga terus merosot.
Kini pertanyaan juga diajukan atas permintaan minyak mentah China. Pertumbuhan ekonomi China yang begitu cepat menjadi faktor pendorong harga minyak melonjak tajam dari sekitar 20 dollar AS per barrel pada tahun 2002 mencapai puncak 147 dollar AS per barrel pada Juli lalu.
”Pasar mulai membentuk harga,” ujar Mark Pervan, analis komoditas senior dari ANZ. Disebutkan, pasar minyak kini mulai senada dan berpikir kembali. Kondisi pasar ini juga akan memengaruhi China.
Sementara itu, Iran menilai harga minyak di bawah 100 dollar AS per barrel sudah terlalu rendah. Iran meminta anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menaati kuota produksi mereka untuk mencegah terjadinya kelebihan pasokan yang bisa berakibat lebih buruk lagi.
”Kelebihan pasokan bisa mencapai 1,2 juta barrel per hari,” papar Menteri Perminyakan Iran Gholamhossein Nozari. Produksi OPEC kini mencapai 30,4 juta barrel per hari.
No comments:
Post a Comment