TAK ADA BUKTI KEDELAI TRANSGENIK BERBAHAYA
21-07-2006
Menteri Pertanian, Dr Ir Anton Apriantono, menegaskan tidak ada bukti bahwa kedelai hasil rekayasa transgenik membahayakan kesehatan. "Hingga saat ini, saya belum menemukan bukti bahwa kedelai produk transgenik membahayakan kesehatan.
Saya juga peneliti," katanya, dalam peluncuran penanaman kedelai tiga ribu hektar di Ponpes Sunan Giri, Desa Curahlele, Kecamatan Balung, Jember, Jatim, Jumat.
Menurut dosen IPB ini, sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menyatakan bahwa kedelai haril produk transgenik membahayakan kesehatan, belum bisa membuktikan secara ilmiah, sehingga baru asal disampaikan.
Untuk itu, dia meminta agar tidak menimbulkan polemik dalam masyarakat, maka sebelum menyampaikan harus dilakukan penelitian yang mendalam, agar warga petani tidak resah, termasuk para konsumen kedelai.
Sebelumnya dalam dialog, Imam Mawardi dari Kelompok Tani Makmur, Balung, Jember, minta pemerintah untuk melakukan pembatasan impor kedelai, apalagi disinyalir kedelai dari luar negeri berasal dari rekayasa transgenik yang membahayakan kesehatan.
"Saya tidak tahu, mengapa kedelai impor masih banyak masuk di Indonesia?. Padahal ada informasi membahayakan kesehatan," ujarnya.
Untuk itu, ia meminta pemerintah melakukan pembatasan impor kedelai dan memberi kesempatan bagi petani kedelai menanam, dan menjamin harga penjualan, agar hasil produksi bisa dijual dengan harga yang menguntungkan bagi petani.
Informasi ANTARA, Indonesia merupakan pasar terbesar bagi produk-produk hasil rekayasa genetika atau transgenik. Dalam produk itu tidak jarang ditemukan sesuatu yang bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia.
Sementara 70 persen impor kedelai yang dilakukan Indonesia berasal dari AS, yang separuh produksi kedelai AS berasal dari hasil rekayasa genetika.
Saya juga peneliti," katanya, dalam peluncuran penanaman kedelai tiga ribu hektar di Ponpes Sunan Giri, Desa Curahlele, Kecamatan Balung, Jember, Jatim, Jumat.
Menurut dosen IPB ini, sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menyatakan bahwa kedelai haril produk transgenik membahayakan kesehatan, belum bisa membuktikan secara ilmiah, sehingga baru asal disampaikan.
Untuk itu, dia meminta agar tidak menimbulkan polemik dalam masyarakat, maka sebelum menyampaikan harus dilakukan penelitian yang mendalam, agar warga petani tidak resah, termasuk para konsumen kedelai.
Sebelumnya dalam dialog, Imam Mawardi dari Kelompok Tani Makmur, Balung, Jember, minta pemerintah untuk melakukan pembatasan impor kedelai, apalagi disinyalir kedelai dari luar negeri berasal dari rekayasa transgenik yang membahayakan kesehatan.
"Saya tidak tahu, mengapa kedelai impor masih banyak masuk di Indonesia?. Padahal ada informasi membahayakan kesehatan," ujarnya.
Untuk itu, ia meminta pemerintah melakukan pembatasan impor kedelai dan memberi kesempatan bagi petani kedelai menanam, dan menjamin harga penjualan, agar hasil produksi bisa dijual dengan harga yang menguntungkan bagi petani.
Informasi ANTARA, Indonesia merupakan pasar terbesar bagi produk-produk hasil rekayasa genetika atau transgenik. Dalam produk itu tidak jarang ditemukan sesuatu yang bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia.
Sementara 70 persen impor kedelai yang dilakukan Indonesia berasal dari AS, yang separuh produksi kedelai AS berasal dari hasil rekayasa genetika.
No comments:
Post a Comment