Anak Balita Rentan Terserang Infeksi Pneumokokus
Anak di bawah usia lima tahun atau balita rentan terserang infeksi pneumokokus yang invasif (IPD). Badan Kesehatan Dunia memperkirakan, infeksi ini menyebabkan kematian pada satu juta anak balita setiap tahun. Hal ini bisa dicegah dengan imunisasi pneumokokus.
Terkait hal itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan rekomendasi pada Maret 2007 bahwa negara-negara di dunia harus memprioritaskan penggunaan vaksin pneumokokus konjugasi dalam program imunisasi nasional. Hal ini terutama berlaku bagi negara dengan lebih dari 50 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan negara dengan lebih dari 50.000 kematian balita per tahun.
"Infeksi pneumokokus invasif perlu diwaspadai sejak dini," kata Prof Cissy R Kartasasmita, pengajar pada Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran- Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, dalam diskusi yang berlangsung Selasa (4/12) di Jakarta.
Melalui darah
Infeksi pneumokokus yang invasif adalah sekelompok penyakit yang disebabkan bakteri, di antaranya radang paru (pneumonia), infeksi darah (bakteremia), dan radang selaput otak (meningitis). Penyebarannya melalui darah (invasif) ke organ-organ penting seperti otak dan paru-paru. Infeksi ini merupakan penyebab utama kematian pada anak balita.
Mereka yang berisiko terinfeksi pneumokokus invasif antara lain balita yang terpapar polusi dan asap rokok, bayi lahir prematur, bayi yang tidak mendapat ASI, tempat hunian kumuh dan padat, serta penderita penyakit kronis. "IPD paling banyak menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia dua tahun. Penularannya melalui percikan ludah (udara)," ujarnya.
Menurut data WHO, penyakit IPD merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian yang tinggi di seluruh dunia. Pada tahun 2005, WHO memperkirakan 1,6 juta kematian disebabkan kuman pneumokokus setiap tahunnya. Perkiraan ini mencakup kematian 0,7 hingga satu juta anak balita, terutama di negara- negara berkembang.
"Indonesia merupakan negara keenam di dunia dengan jumlah kasus pneumonia anak terbanyak. Separuh dari kasus pneumonia disebabkan kuman pneumokokus," ujarnya. Karena itu, perlu intervensi efektif untuk menurunkan angka kejadian IPD dengan nutrisi yang cukup, pemberian ASI secara eksklusif dan zinc, serta vaksinasi.
Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Prof Sri Rezeki S Hadinegoro menambahkan, mengingat besarnya angka kesakitan infeksi pneumokokus pada anak, maka vaksinasi adalah satu-satunya upaya pencegahan terbaik. Apalagi angka kematian anak di Indonesia masih tinggi, yakni 162.000 per tahun.
Berbagai penelitian uji klinis menunjukkan, angka efektivitas mencegah IPD adalah 97,4 persen dan penurunan angka kasus IPD yang disebabkan tujuh serotipe kuman pneumokokus dalam vaksin itu hingga 100 persen. "Vaksinasi ini juga memberi perlindungan secara tidak langsung pada anak-anak dan orang tua yang tinggal serumah dengan mereka yang divaksinasi," ujarnya.
Anak di bawah usia lima tahun atau balita rentan terserang infeksi pneumokokus yang invasif (IPD). Badan Kesehatan Dunia memperkirakan, infeksi ini menyebabkan kematian pada satu juta anak balita setiap tahun. Hal ini bisa dicegah dengan imunisasi pneumokokus.
Terkait hal itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan rekomendasi pada Maret 2007 bahwa negara-negara di dunia harus memprioritaskan penggunaan vaksin pneumokokus konjugasi dalam program imunisasi nasional. Hal ini terutama berlaku bagi negara dengan lebih dari 50 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan negara dengan lebih dari 50.000 kematian balita per tahun.
"Infeksi pneumokokus invasif perlu diwaspadai sejak dini," kata Prof Cissy R Kartasasmita, pengajar pada Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran- Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, dalam diskusi yang berlangsung Selasa (4/12) di Jakarta.
Melalui darah
Infeksi pneumokokus yang invasif adalah sekelompok penyakit yang disebabkan bakteri, di antaranya radang paru (pneumonia), infeksi darah (bakteremia), dan radang selaput otak (meningitis). Penyebarannya melalui darah (invasif) ke organ-organ penting seperti otak dan paru-paru. Infeksi ini merupakan penyebab utama kematian pada anak balita.
Mereka yang berisiko terinfeksi pneumokokus invasif antara lain balita yang terpapar polusi dan asap rokok, bayi lahir prematur, bayi yang tidak mendapat ASI, tempat hunian kumuh dan padat, serta penderita penyakit kronis. "IPD paling banyak menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia dua tahun. Penularannya melalui percikan ludah (udara)," ujarnya.
Menurut data WHO, penyakit IPD merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian yang tinggi di seluruh dunia. Pada tahun 2005, WHO memperkirakan 1,6 juta kematian disebabkan kuman pneumokokus setiap tahunnya. Perkiraan ini mencakup kematian 0,7 hingga satu juta anak balita, terutama di negara- negara berkembang.
"Indonesia merupakan negara keenam di dunia dengan jumlah kasus pneumonia anak terbanyak. Separuh dari kasus pneumonia disebabkan kuman pneumokokus," ujarnya. Karena itu, perlu intervensi efektif untuk menurunkan angka kejadian IPD dengan nutrisi yang cukup, pemberian ASI secara eksklusif dan zinc, serta vaksinasi.
Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Prof Sri Rezeki S Hadinegoro menambahkan, mengingat besarnya angka kesakitan infeksi pneumokokus pada anak, maka vaksinasi adalah satu-satunya upaya pencegahan terbaik. Apalagi angka kematian anak di Indonesia masih tinggi, yakni 162.000 per tahun.
Berbagai penelitian uji klinis menunjukkan, angka efektivitas mencegah IPD adalah 97,4 persen dan penurunan angka kasus IPD yang disebabkan tujuh serotipe kuman pneumokokus dalam vaksin itu hingga 100 persen. "Vaksinasi ini juga memberi perlindungan secara tidak langsung pada anak-anak dan orang tua yang tinggal serumah dengan mereka yang divaksinasi," ujarnya.
No comments:
Post a Comment