Saturday, December 29, 2007

Peralihan Premium Dibatalkan

Peralihan Premium Dibatalkan
Konsumsi Tahun Depan Akan Naik
Pemerintah tidak akan melakukan kebijakan peralihan premium oktan 88 ke premium oktan 90 maupun Pertamax pada tahun depan. Pasalnya, kondisi harga minyak tahun 2008 diperkirakan akan lebih stabil sehingga defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga lebih rendah.
"Pemerintah tidak akan melakukan kebijakan itu. Tahun 2008, APBN kita akan membaik karena itu pemerintah tidak akan melakukan langkah-langkah yang drastis dulu. Sebenarnya pemerintah juga belum pernah mengumumkan itu sebagai kebijakan," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, seusai menyaksikan penyerahan surat penunjukan penanggung jawab distribusi bahan bakar minyak bersubsidi pada Pertamina, Kamis (27/12).
Purnomo mengatakan, rencana peralihan premium hanya salah satu wacana yang termasuk dalam sembilan langkah antisipasi yang disiapkan pemerintah menghadapi jika harga minyak mencapai 100 dollar AS. "Harga minyak yang dimaksud itu harga minyak mentah Indonesia yang harganya lebih rendah dari harga minyak mentah di pasar internasional," katanya.
Sebelumnya, dalam upaya menekan subsidi BBM, pemerintah berencana menerapkan pembatasan penggunaan premium mulai 1 Januari 2008.
Direktur Utama PT Pertamina Ari H Soemarno mengatakan, penundaan program peralihan premium tidak akan berdampak pada Pertamina.
Meskipun Pertamina sudah sempat memproduksi premium oktan 90, lanjut Ari, BBM itu dengan mudah bisa dicampur lagi menjadi BBM oktan 88.
Purnomo mengakui, pelaksanaan pendistribusian BBM bersubsidi tahun depan bakal lebih berat karena kuota BBM dipatok lebih rendah dari tahun 2007.
Sesuai APBN, volume BBM bersubsidi 2008 dipatok 35,836 juta kiloliter, lebih rendah 2,5 juta kiloliter dibandingkan volume BBM subsidi pada tahun 2007.
Keuntungan Pertamina
Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina Achmad Faisal memastikan, alokasi kuota premium sebesar 16,95 juta kiloliter tahun depan tidak bisa mencukupi kebutuhan masyarakat. "Tahun ini saja konsumsi premium sampai 17,6 juta kiloliter. Tahun depan, dengan pertumbuhan kendaraan, perkiraan kami konsumsi premium bakal mencapai 18 juta kiloliter," ungkap Faisal.
Meskipun masih ada kemungkinan tekanan dari kenaikan harga minyak, pemerintah masih menggunakan patokan marjin keuntungan dengan persentase dalam penunjukan Pertamina sebagai pelaksana tugas pelayanan publik BBM bersubsidi.
Pertamina akan mendapatkan marjin keuntungan sebesar 13,5 persen dari nilai mean of platts Singapore (MOPS). Seluruh keuntungan bisnis hilir Pertamina, jelas Ari, akan kembali ke pemerintah melalui dividen. Dari Rp 11,9 triliun dividen yang disetor tahun ini, Rp 6 triliun berasal dari bisnis hilir.

No comments: